"Besok sudah hari raya, ya hihihi," gumam Ihsan sambil sibuk menata panggung bersama teman-temannya di pagi hari.
Cuaca hari itu cerah namun tidak panas, dengan awan yang tenang menyerap sinar matahari, menciptakan suasana yang damai dan ceria. Berbeda dengan daerah lain di Mataram, tempat tinggal Ihsan dan teman-temannya dihuni oleh warga yang kurang mampu secara ekonomi, sehingga sering terjadi tindak kejahatan. Meskipun kehadiran Ihsan dan kawan-kawan membawa banyak berkah dengan upaya mereka memperbaiki kehidupan para pelaku kejahatan yang terpaksa melakukannya karena keadaan ekonomi, hal itu belum cukup untuk meningkatkan kualitas hidup secara signifikan. Ditambah lagi, beban upeti kerajaan yang harus mereka bayar membuat kerjasama komprehensif antar warga menjadi sangat penting untuk membangun wilayah kecil itu. Meskipun belum semua warga hidup mapan, kini mereka merasa cukup untuk makan dan beraktivitas berkat sistem pencatatan artaguna dan bantuan modal berkala yang diterapkan di daerah tersebut.
Malam tiba dan suara takbir menggema, orang-orang bersukacita dengan pesta kecil-kecilan untuk menghibur warga. Malam itu, Ihsan dan teman-temannya pergi ke danau untuk menenangkan diri dan bercengkerama dengan wahana mereka, tidak ikut meramaikan pesta yang mereka siapkan.
"Oi Yusuf, angsamu sekarang sudah besar banget, kau kasih makan apa?" tanya Alim.
"Hmm, coba lihat garudamu yang melayang di angkasa, atau lembu Ihsan yang sedang berenang mencari tumbuhan laut, makanannya sama saja kayak mereka, malah kayaknya angsaku lebih kecil deh," jawab Yusuf.
"Ehehehe, cemol kucing baik," kata Ihsan pada kucingnya yang sedang bermain dengannya.
"Hei kalian bertiga ngapain sih? Asik banget kayaknya hmmm," ucap Lintang penasaran.
"Hoo, Mas Lintang, biasa mas bonding sama teman bertempur," jawab Alim sambil melemparkan ikan ke langit untuk dimakan oleh garudanya.
"Ahahaha, iya sih Lintang, masa kau tidak lihat? Meski begitu, aku masih heran dengan Ihsan yang cuma fokus ke kucingnya dan membiarkan lembu perangnya berenang begitu saja. Padahal kan bagus kalau bonding sedikit, apa emang lembunya lebih suka sendiri ya?" kata Steve sambil memberi makan tikus-tikus besarnya.
Malam itu sungguh tenang bagi mereka, dan mereka memutuskan untuk beristirahat dan bersiap untuk esok hari, serta ingin berkemah di situ agar bisa tidur dengan mudah. Mereka tidak membawa tenda, tetapi membiarkan wahana mereka menjaga dari binatang buas. Mereka tahu bahwa melihat garuda terbang di langit adalah momok bagi bangsa ular dan naga, sedangkan merak Lintang bisa memberikan intimidasi yang cukup besar bagi predator, sehingga mereka bisa tidur tenang meski kadang terganggu oleh lembu Ihsan yang bermain air. Namun, saat malam tiba, mereka bisa tidur nyenyak karena lembu Ihsan juga sudah tertidur.
Pagi-pagi buta, Ihsan dan teman-temannya bangun untuk bersiap secepat mungkin agar bisa menyiapkan musholla untuk keperluan ibadah tahunan dan membersihkan diri. Setelah beberapa waktu, Ihsan yang sudah siap dan bersih menuju pengeras suara dan mengumandangkan adzan yang menggema ke seluruh wilayah, membuat warga berbondong-bondong menuju musholla untuk sholat subuh. Seusai sholat subuh, para warga berdiam diri menunggu matahari terbit sambil menikmati olahan yang mereka masak pagi itu dengan bahan yang telah disiapkan bersama. Mereka bercengkrama dan minum kopi di lapangan yang biasa digunakan untuk latihan oleh Ihsan dan kawan-kawan.
Tak lama kemudian, sebuah bel berbunyi menandakan waktu untuk berganti kegiatan, kali ini kegiatan menanam pohon yang dipilih oleh Ihsan, yaitu pohon durian. Ihsan berpikir pohon ini bisa memberikan banyak manfaat dan penghasilan bagi warga, meskipun ide ini sempat ditentang oleh Alim karena dianggap berbahaya. Namun, Ihsan bersikeras menanamnya karena ia mendapatkan benih terbaru yang bisa tumbuh cukup cepat dan berbuah dalam waktu dua bulan, yang menarik mengingat di Tirtawangi, buah durian paling cepat berbuah dalam enam bulan. Meskipun argumen Ihsan tidak sepenuhnya menjawab kekhawatiran Alim, akhirnya Alim menyerah karena Yusuf memihak Ihsan dan berpikir bahwa buah durian tidak banyak ada di pasar buah di Mataram, sehingga bisa meningkatkan perekonomian warga sekitar berdasarkan permintaan yang cukup tinggi.