"Ihsan, aku rasa lembu Nandini itu terlalu kuat untuk hewan yang gagal. Bahkan, aku rasa dia lebih kuat dari Garuda," kata Alim.
"Kuncoro adalah tipe lembu Nandi yang masih dalam tahap eksperimen, bukan lembu Nandini biasa. Tapi karena Pak Alex bilang itu eksperimen ilegal, dapat gratis," jawab Ihsan.
"Wah, eksperimen ilegal? Padahal lembu Nandini biasa sudah cukup kuat. Kenapa harus ilegal? Ada risikonya, ya?" tanya Alim.
"Sejauh ini aman. Sebenarnya, Pak Alex juga belum memberikan informasi lebih lanjut tentang mutasi khusus lembu Nandini milikku, hanya mengganti namanya menjadi lembu Nandi. Tapi, kalau diperhatikan, pertumbuhannya terlalu ekstrem, baik dari segi otot maupun hormon, bahkan sebelum dia dewasa. Sepertinya efek ini bisa berdampak pada temperamen yang buruk saat dia birahi nanti," jelas Ihsan.
"Hah, berbahaya dong! Pantas saja ilegal. Jadi, kau ingin bilang lembumu itu versi mutasi dari lembu Nandini?" kata Alim, semakin penasaran.
"Ya, tapi itu bisa jadi pertanda baik. Jika koneksi kami kuat, dia bisa menjadi tipe wahana yang sebanding dengan Garuda atau bahkan lebih kuat karena mutasi khususnya," jawab Ihsan.
"Sikap optimis kamu cukup mengejutkan. Kurasa kamu perlu tindakan pencegahan jika lembumu marah nanti," kata Alim.
"Ehehehe, aku sudah mempersiapkan beberapa hal. Lagipula, pasti ada sisi positif dari mutasi khusus yang terjadi pada Kuncoro," kata Ihsan.
Mereka pun melanjutkan bersantai di atas pohon di samping lapangan latihan yang sudah hancur akibat latihan mereka.
Hari itu sudah seminggu sejak hari raya, dan para siswa mulai kembali ke kelas. Ihsan, seperti biasa, sedang memainkan gendang di ruang alat musik sambil menunggu kelas dimulai. Dia memikirkan metode untuk menenangkan Kuncoro, yang sebentar lagi akan genap setahun. Menurut Pak Alex, dia akan mulai mengalami perubahan temperamen. Hari itu, Ihsan berencana untuk ke perpustakaan lagi, kali ini bukan untuk mencari informasi tentang lembu Nandi yang memang belum ada, melainkan untuk mencari metode penanganan hewan.
Saat istirahat tiba, Ihsan bergegas menuju perpustakaan Rumah Swarocisa, yang memiliki data tentang wahana dan berbagai penanganannya. Sesampainya di sana, Ihsan segera menemui Pak Alex untuk memberikan kabar tentang lembu Nandi miliknya.
"Pak Alex, bagaimana ini? Lembuku sudah sangat besar!" kata Ihsan.
"Oh, ya? Lebih besar dari lembuku? Aku tidak tahu mutasinya separah ini. Aku kira dia akan tumbuh seperti sapi biasa," jawab Pak Alex, sedikit bingung.
"Wow, gawat, Pak! Sepertinya dia sekitar sepuluh kali lebih besar dari lembu Anda," kata Ihsan.
"Apa!? Kau kasih makan apa lembu itu sampai tumbuh sebesar itu? Terakhir kali aku lihat, dia anak sapi kecil yang lucu. Sekarang kau bilang dia sepuluh kali lebih besar dari lembuku yang setinggi sepuluh meter? Maksudmu dia setinggi seratus meter? Kau gila!?" kata Pak Alex, masih bingung.
"Hffft, tidak sampai seratus meter juga, Pak. Itu seribu kali. Ya, sepuluh kali lipat volume sih, Pak. Dan matanya sudah mulai menyala-nyala. Aku pun tidak mau memanggilnya lagi, takut barang-barang milikku rusak," jelas Ihsan.
"Oh, volume. Maaf, aku kira sepuluh kali lipat tinggi. Itu sih menyeramkan, hehehe. Tapi segitu juga gawat. Kalau dia terus tumbuh seperti itu, bisa berbahaya. Dan matanya sudah menyala-nyala, mungkin karena peningkatan hormon adrenalin berlebih. Sudah coba atur pola makannya, pola tidur, atau rekreasi?" tanya Pak Alex.
"Sudah, sih, Pak. Meski aku tidak yakin masalahnya di situ. Kayaknya sama seperti lembu pada umumnya, dia sedang mengalami fase remaja. Apakah ini berarti dia tidak bisa dipanggil untuk sementara?" kata Ihsan.
"Mungkin, Nak. Aku akan coba berikan beberapa multivitamin dan herbal yang bisa membuatnya tenang," kata Pak Alex.
"Hoo, menarik! Berapa harganya, Pak?" tanya Ihsan.
"Lembu ini pemberianku. Tugasmu merawat dan membesarkannya. Aku ikut bertanggung jawab kalau lembu pemberianku itu liar. Kau tidak perlu membayar," kata Pak Alex.