Shangkara

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #32

Mata Angin

Sesaat sebelum pulang liburan, Ihsan, Alim, dan Yusuf sedang bersantai memandang langit dari teras musholla yang baru mereka bersihkan. Angin sepoi-sepoi berhembus, mengibarkan rambut mereka yang basah seusai mandi.

"Sebentar lagi libur. Pas mulai kelas lagi, kita belajar titik cakra ketiga, Manipura, yang akan berfungsi untuk manipulasi energi dengan mengubah bentuk energi kita menjadi elemen alam dan juga pembentukan triguna energi dari energi Satvam, Rajas, dan Tamas," jelas Yusuf dengan serius.

"Wei Ihsan, dari lima elemen dasar, kau mau belajar untuk membentuk yang mana? Angin, api, air, petir, atau tanah? Kau kan masih belum punya," tanya Alim.

"Kayaknya angin deh," ucap Ihsan sembari menikmati hembusan angin di wajahnya.

"Hmm, angin ya. Tapi kan angin lemah terhadap semua elemen. Ini aku berniat buat melatih elemen tanah dan air di samping elemen listrikku untuk mengakomodir kemampuan membuat kerajinanku," ucap Yusuf.

"Hmm... mau bikin elemen kayu ya? Aku sih lebih tertarik untuk belajar ulang dasar-dasar elemen apiku dan juga belajar elemen petir darimu, serta mungkin elemen air jika perlu untuk membantu memasak. Tapi elemen angin juga menarik kok karena mudah dipakai. Selain itu, eee hmm... eh Ihsan, kenapa pingin elemen angin?" tanya Alim.

"Mudah dipelajari dan ditingkatkan sih. Selain itu, elemen angin bisa digunakan untuk serangan cepat yang presisi," jawab Ihsan dengan penuh keyakinan.

"Owh begitu ya. Apapun keputusan dan rencana yang kita ambil nanti, semoga direstui Tuhan," ucap Alim.

"Hasil takkan mengkhianati usaha, kecuali Tuhan menakdirkan lain. Hehehehe," ucap Yusuf.

Malam itu mereka menyiapkan barang untuk pulang ke rumah masing-masing. Ihsan dan Alim akan berangkat bersama ke Tirtawangi, Yusuf akan pulang ke kampungnya di Ngalam Raya. Steve juga akan ikut Yusuf menuju Ngalam Raya untuk mencari tumpangan menuju tanah airnya di Panditanagara, sementara Lintang yang hidup di Mataram akan kembali menuju rumah ibunya. Warung dititipkan pada Lina dan Fio, sementara Anas ingin menjaga kandang. Yusuf terus mewanti-wanti Anas untuk berhati-hati terhadap wahana mereka karena Nandi dan Garuda yang cukup ganas, dan memintanya untuk memakai angsa miliknya yang cukup jinak untuk membantu menangani kandang. Sementara itu, merak Lintang dan tikus Steve dibawa pulang karena sudah cukup jinak dan bisa dirawat di rumah.

Sebelum pulang, mereka melantunkan doa dan berkeliling untuk memberi kepada orang-orang miskin di sekitar situ, lalu merekapun berpamitan dan pulang.

"Sampai ketemu lagi ya," ucap Lintang yang terbang dengan meraknya menuju perkampungannya.

"Yow hati-hati. Kami pulang juga ya, aku udah kangen tanah airku," ucap Steve berpamitan.

"Yow, kita ke Ngalam dulu rek. Hahaha," ucap Yusuf sambil memeluk Ihsan dan Alim, lalu pulang dengan vimananya.

"Hhh tinggal kita berdua lagi ya, Ihsan," ucap Alim.

"Berdua!? Orang tua kita menunggu kita di rumah, hei. Ayo kita pulang," ucap Ihsan penuh semangat, dan merekapun pulang dengan vimana kecil yang mereka beli.

Tiga bulan berlalu. Kini sekolah akan segera dimulai dan di musholla kecil yang damai itu, beberapa bayangan mulai terlintas. Itu nampaknya vimana dari para murid baru dan keluarga mereka yang mengantar serta para murid lama yang mulai berdatangan kembali ke Mataram untuk menuntut ilmu.

Anas waktu itu sedang menunggu di teras musholla setelah memberi pakan ternak dan meminta orang lain menggantikan dirinya untuk berjaga sementara.

Lihat selengkapnya