"Kenapa malah minta orang lain membuatkan!? Ini masalahmu sama cewek, atasi sendiri," tegur Alim di keheningan malam.
"Tapi, Cak, hmm... aku mana bisa bikin barang sebagus Yusuf," keluh Ihsan yang berjalan mengikuti Alim.
"Gak gitu konsepnya, bro. Ini masalah perasaanmu saat memberikan. Kata maaf itu tidak cukup, dan hadiah adalah simbol kalau kau benar-benar ingin dimaafkan olehnya. Kalau aku sih gak masalah, tapi cewek belum tentu begitu. Mereka akan banyak memberikan pertanyaan, dan salah satunya mungkin: dari mana hadiah itu berasal? Bisa saja dia merajuk kalau sampai tahu hadiah itu ternyata dibuatkan orang lain. Mereka bisa saja berpikir kalau permintaan maafmu tidak tulus hanya karena itu," terang Alim.
"Hu umm, baik, Cak. Aku bakal coba bikin sesuatu buat minta maaf. Tapi darimana kau tahu tentang urusan perempuan ini? Kan kita jarang ngobrol sama perempuan," tanya Ihsan.
"Hmm, Ayah cerita," ucap Alim.
Mereka pun akhirnya sampai di rumah Swayambu malam itu untuk menemui Yusuf. Sesampainya di sana, mereka segera mencari Yusuf dan menemukannya sedang ikut klub penempa peralatan dan perabotan.
"Suf, boleh keluar sebentar nggak?" pinta Ihsan saat menyapa Yusuf dan teman-temannya.
"Weits bro, nyampek ke sini juga. Ehh aku izin dulu ya, Gibran, hmm... nanti aku pinjam catatanmu ya, barangkali ada yang ketinggalan," ucap Yusuf.
"Sip, Yusuf. Urus dulu saudara-saudaramu itu. Serahkan yang di sini padaku, mamen," ucap Gibran sambil memberikan tos ringan pada Yusuf.
"Oke, Yusuf, kau diizinkan untuk bicara selama lima menit," ucap ketua klub itu.
Sesampainya di luar, Yusuf mengambil sebuah sofa dan mempersilakan Ihsan dan Alim untuk duduk.
"Jadi, apa masalahnya kok sampai susah-susah datang ke sini?" tanya Yusuf.
"Hmm, Suf, kayaknya kau nggak usah bikinin aku hadiah buat minta maaf deh," ucap Ihsan lirih.
"Hah!! Kenapa? Ada apa ini kok tiba-tiba batal? Gak bisa gini dong! Aku udah merencanakan barang buat kubikin hadiah. Kenapa jadi gak jelas gini sih?" protes Yusuf.
"Hmm, sebenarnya ini masalah dengan perempuan, Suf. Kata Cak Alim aku harus menyelesaikan sendiri," ucap Ihsan.
"Buak!"
Tinju Yusuf tiba-tiba melayang ke perut Ihsan.
"Aarrgh! Untuk apa itu, Suf?" ucap Ihsan yang merintih kesakitan.
"Kenapa kau tidak bilang ini masalah dengan wanita? Hhhh... kau ini ada-ada aja, Ihsan. Ada aja masalah yang kau buat. Siapa wanita yang kau sakiti itu? Shafa lagi!?" tegur Yusuf dengan muka serius.
"Iya, Suf. Hhh... aku merasa bersalah. Gimana ini?" kata Ihsan.
"Huh?? Gimana bisa menyakiti gadis yang sebaik itu padamu? Kalau begini caranya memang harus dirimu sendiri yang menyelesaikan masalahnya. Aku tidak bisa ikutan bantu. Aku tidak berpikir kau akan bermasalah dengan wanita, apalagi dengan seorang Shafa yang kulihat baik banget padamu," kata Yusuf.