Shangkara

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #57

Zona Merah

"Ini pelajaran cakra terakhirku, Ayah," ucap Steve.

"Iya, Steve. Ayah akan segera menjemputmu, tinggal cakra terakhir ini dan tiga semester kosong," jawab ayahandanya.

"Ayah, mungkin inilah saatnya keluarga kita mencapai puncak, bisnis kami yang sekarang sudah cukup menjanjikan," ucap Steve.

"Hhh, itu tidak semudah itu, Nak. Ya sudah, Ayah matikan dulu teleponnya," kata ayah Steve sembari memutus sambungan.

Steve menghela napas pelan di teras musholla, sambil melihat adik-adiknya yang sedang berlatih bersama.

"Woih Yusuf, apa-apaan sih kok pakai zirah mekanik," bantah Alim.

"Ahhh, kenapa kau mengeluh? Kita sedang berlatih tanding kan. Lagian katamu kalau semakin tertekan kemungkinan naranetra aktif akan lebih besar," ucap Yusuf.

"Iya sih, aku sudah bisa merasakannya perlahan, tapi masih kesulitan mengaktivasinya," ucap Alim.

"Gak mau tanya ke orang yang udah bisa, nih?" tanya Ihsan.

"Hhh, kepada Shafa ya. Itu bagus sih, tapi kok rasanya aneh aja berlatih dengan wanita. Itu kan dirimu yang kadang berlatih dengannya, aku tidak tahu apakah dia bisa menahan kekuatanku, apalagi memojokkanku," ucap Alim yang hanya mengerti tentang Shafa dari cerita Ihsan yang selalu dia kalahkan.

"Hei cak, ini kan biar tahu metode aktivasinya. Gak masalah kok kelihatannya," ucap Ihsan.

"Heei Alim, kau mau pertandingan yang membuatmu terpojok?" ucap Steve dari teras.

"Eee... gak jadi mas, gak sama sampean juga kayaknya," ucap Alim.

"Hahahaha, kenapa tidak kalian bertiga melawanku? Ini akan menjadi pertandingan yang seru," ucap Steve.

"Oke mas, aku akan bersiap," ucap Ihsan.

"Nggak mas, aku gak ikutan," ucap Yusuf.

"Lah Yusuf, kenapa!? Gak seru ah," ucap Ihsan.

"Hei Ihsan, aku hargai sifat pemberanimu itu, tapi aku bisa logis di sini. Kau ingat Bagas waktu itu? Dia kalah dalam satu gerakan. Ada perbedaan tipis antara berani dan tak tahu diri," ucap Yusuf.

"Iya Ihsan, ini bukan perang dimana semua pertarungan harus dihadapi dengan sekuat tenaga. Ini hanya tantangan yang bisa dihindari," ucap Alim.

"Yasudah kalau tidak mau. Eh Ihsan, kalau diriku buka cabang usaha di Panditanagara gimana, dirimu mau ekspansi juga tidak?" tanya Steve.

"Boleh aja mas. Aku juga berencana kalau usaha di Mataram akan kupindah penanggung jawabnya ke mas Lintang. Tapi kayaknya kontrol antar negara agak susah mas. Meski begitu, aku ada ide untukmu," ucap Ihsan.

"Ide? Apa itu, Ihsan?" tanya Steve.

"Hehe, aku dengar Panditanagara adalah negara yang tak banyak memiliki air secara alami. Hampir tak ada manusia yang memiliki artaguna air kecuali keluarga kerajaan. Kalaupun ada yang tidak dari keluarga kerajaan, mereka akan mendekat ke zona merah perdagangan. Kalau begitu berarti kita bisa saja menggeser pasar dengan mengirim beberapa pekerja kita yang punya artaguna air untuk ditempatkan di pos-pos perhentian di jalur menuju Sahasradwipa," ucap Ihsan.

"Jadi kau ingin kita menguasai seluruh jalur dagang? Sayangnya sudah banyak yang mencobanya dan tidak berlangsung dengan baik, karena jalur itu memang sangat ramai sehingga banyak mafia di sana yang tidak suka bisnis mereka diganggu," ucap Steve.

"Woaahh, itu cukup menantang sih. Apa permasalahannya? Apa mereka diculik atau gimana?" tanya Ihsan.

"Bagaimana kalau kita lawan mereka," ucap Alim.

"Hmm, benar juga," ucap Yusuf.

"Mereka bagian dari keluarga kerajaan. Akan sangat sulit untuk mengalahkan mereka, apalagi mereka akan berlindung di balik hukum," ucap Steve.

"Hmm, masalahnya jadi cukup pelik kalau mereka memang keluarga kerajaan. Mungkinkah untuk menjadi salah satu raja di sana tapi tetap tunduk pada maharaja, setidaknya sebelum dirimu jadi maharaja juga?" ucap Alim.

"Cara pemerintahan Sahasradwipa dan Panditanagara berbeda, Alim. Kalau di Sahasradwipa menerapkan sistem mandala, di mana kerajaan-kerajaan kecil bersatu dan memilih maharaja bersama, sedangkan kerajaan kecil diperbolehkan menggunakan hukum yang berlaku untuk memilih raja masing-masing.

Sedangkan Panditanagara memiliki konsep keluarga agung yang menjadi pusat kerajaan. Keluarga ini akan dipilih berdasarkan tingkat kekayaan, kekuatan personel baik secara jumlah maupun kekuatan individu, serta kemampuan percatatan. Ini ternyata cukup efektif di Panditanagara, di mana ada satu keluarga besar yang berkuasa sementara cabang keluarga tersebut akan menjadi raja wilayah.

Warga Panditanagara pun tidak mempermasalahkan hal ini karena memang negaraku itu sebagian besar berdagang. Kalau mau mengambil alih kekuasaan, ya harus menjadi salah satu keluarga terkuat atau menikah dengan seorang dari keluarga kerajaan, itupun kalau mereka belum dijodohkan dengan salah satu dari keluarga besar kerajaan lainnya.

Ini sebenarnya bagus untuk stabilitas, regulasi sumber daya, dan penjagaan kultural istana, mengingat juga kalau warga negara Panditanagara memiliki konsultan hukum dari pihak masing-masing suku untuk bersuara atau bahkan mengirimkan salah satu anak mereka untuk dinikahkan dengan keluarga kerajaan yang menginginkan," ucap Steve.

Lihat selengkapnya