Beberapa waktu telah berlalu sejak Ihsan dan kawan-kawan pulang dari liburan.
"Ihsan, Alim... kenapa pada akhirnya kita tidak mencari agen dari pihak berwajib setempat?" tanya Yusuf saat itu, ketika ia sedang berlatih bersama Ihsan dan Alim.
"Tujuan kita membuat bisnis ini atas dasar hubungan saling percaya. Memang lebih berisiko dan butuh modal lebih besar di awal saat kita baru menunjuk mitra sebagai agen. Tapi kalau kita berhasil merawat mereka dengan baik, kita bisa menjadikan mereka mitra kerja yang sangat bagus dan progresif. Orang-orang yang hanya berusaha meraup keuntungan lebih, orang narsis yang cuma ingin tambahan konten untuk diri mereka, apalagi pemalas—tidak akan cocok untuk berbisnis dalam skala besar," ucap Alim.
"Eh, begitu ya. Maaf sih kalau itu aku kurang paham, tugasku kan cuma teknisi," kata Yusuf.
"Hmm, tapi cak, bukannya tujuan awal kita buat bikin agensi adalah untuk menciptakan lingkungan yang cocok bagi pabrik makanan kita?" ucap Ihsan.
"Makanya itu kita perlu cari mitra yang cukup bagus. Bayangkan saja pabrik diurus oleh orang yang tidak bisa dipercaya. Padahal dirimu sendiri yang langsung pergi saat ada orang yang tidak bisa dipercaya," ucap Alim.
"Ooh, iya sih," celetuk Ihsan.
"Aaaa, kau tidak merencanakan hal itu juga, Ihsan?" kata Yusuf dengan heran.
"Harusnya ada sih rencananya," gumam Ihsan.
"Ya udahlah, Yusuf. Gak bisa komen banyak juga sih, kan dia juga yang bisa bikin bisnis jalan dengan lancar. Yang penting kita perbaiki terus aja kinerja masing-masing," ucap Alim.
"Hei, kalian bertiga latihan apa nih?" tanya Lintang.
"Hmm, latihan astra, Mas Lintang. Sampean mau bantu?" ucap Ihsan.
"Wededeh, astra apa nih?" ucap Lintang.