"Haaahhh akhirnya liburan selesai juga," gumam Ihsan di kelas setelah mengantarkan produknya di kantin. Kini dia juga sudah dapat lapak sendiri untuk berjualan sehingga bisa lebih efektif.
"Hei Ihsan, selamat pagi," sapa Shafa dari belakang.
"Weh Shafa, hmm kalau boleh tahu kita mau belajar apa selama pelajaran ajna?" tanya Ihsan.
"Hmm sebenarnya simpel saja sih, kita akan belajar mendetailkan perubahan dan variasi energi sehingga kita bisa terus bertarung dengan sangat efektif," ucap Shafa.
Sesaat kemudian Rio, Eda, dan Eru tiba.
"Walaah Ihsan udah datang dari tadi," ucap Eru.
"Hei Eru, hmm gimana kabar kalian?" tanya Ihsan.
"Baik kok," jawab Eru dan Eda.
"Aku baik-baik saja, Ihsan. Eh, nanti kita jalan-jalan yok berempat ke Keraton," ucap Rio.
"Wah, boleh tuh. Aku ikutan lah," ucap Ihsan.
"Nggak bisa. Setelah kejadian waktu itu, mana bisa aku percaya pada kalian. Ihsan berada dalam pengawasanku," ucap Shafa yang duduk di samping Ihsan.
"Heeeeh Shafa, aku cuma jalan-jalan kok," ucap Ihsan.
"Nggak boleh, atau kulaporkan kau ke saudara-saudaramu di musholla," gertak Shafa dengan mata menyala.
"Humm baik, Bu," kata Ihsan sembari menundukkan kepalanya.
"Kalian bertiga juga cepat duduk," perintah Shafa.
"Hmm kenapa sih, Shafa? Bukannya Ihsan memang sering bermain dengan kami. Ada apa sekarang kok nggak dibolehin? Itu kan dulu cuma lagi agak stres aja, kita main-main doang kok," ucap Rio.
"Harus berapa kali aku harus mengatakan pada kalian kalau aku tidak bisa percaya pada kalian, terutama kau, Rio," ucap Shafa yang mulai marah.
"Shafa, hei, kau boleh pindah kan? Kelas udah mau mulai, itu bukan tempat duduk perempuan. Yaudah deh, aku aja yang duduk di sebelah Ihsan kalau kau nggak percaya sama Rio," ucap Eda berusaha mencairkan suasana.
"Hmm baiklah. Awas kalian ganggu Ihsan," ancam Shafa dengan tombak api yang tergenggam di tangannya.
"Iya, Buu," ucap Rio, Eda, dan Eru bersamaan.