Shangkara

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #65

Raden Mas

Seminggu setelah perjanjian dengan Pak Akhmad untuk membuka jalur bisnis ke Garudapura, Ihsan tiba-tiba menerima pesan dari Andre, kepala teknisi di wilayah itu. Andre mengabarkan ada beberapa kios yang disewakan dengan harga murah, namun kondisinya masih kotor dan butuh dibersihkan. Ihsan yang masih teringat nasihat Pak Akhmad tentang Garudapura sebagai pusat perputaran uang terbesar di Sahasradwipa, segera memerintahkan Andre untuk membeli kios-kios kosong tersebut. Ia berencana memanfaatkannya sebagai tempat usaha makanan sekaligus swalayan kecil yang menjual berbagai produk mereka. Andre pun langsung bergerak mengeksekusi perintah itu.

Ihsan kemudian memberi tahu saudara-saudaranya mengenai kabar ini, agar mereka segera mempersiapkan kebutuhan untuk pembukaan cabang baru di Garudapura. Keesokan harinya, pesan lain dari Andre datang. Ia melaporkan bahwa transaksi sudah berjalan lancar, kios telah dibersihkan, dan hanya tinggal menunggu waktu untuk dibuka.

“Hmmm, pembukaan ya? Kurasa dulu kita nggak pernah ada acara pembukaan begitu. Yang penting jalan aja dulu,” ucap Ihsan.

“Ihsan, pembukaan bisa menambah semangat kerja sekaligus jadi tanda bagi pengunjung bahwa kita siap melayani banyak orang,” sahut Alim.

“Hmm, aku sedikit setuju denganmu, Alim. Ini memang modal tambahan yang kelihatannya tidak perlu dan tak usah terlalu mewah. Tapi kurasa kita juga perlu semacam pembukaan agar menarik minat pelanggan. Perlu diingat kalau kesan pertama itu sangat penting bagi keberlanjutan usaha,” timpal Steve.

“Tapi kan kita masih bersekolah, kita nggak bisa asal melakukan pembukaan. Skill atmasena kita belum setinggi itu untuk melakukannya dari jarak sejauh itu,” ujar Yusuf.

“Kau yakin Ihsan belum bisa atmasena jarak jauh? Bukannya dia bisa menggunakan skill itu tanpa mudra dan mantra?” tanya Lintang.

“Belum bisa, Mas Lintang. Jarak antar planet saja sudah bisa membuat atmasenaku langsung meledak, apalagi ke Garudapura. Aku sudah mencobanya beberapa kali, bahkan dengan mudra dan mantra penuh, tetap saja belum bisa dari jarak sejauh itu. Paling jauh ya sebatas jarak antar pegunungan. Kalau dengan aktivasi penuh, pakai mudra dan mantra, bisa sejuta kali lebih jauh, tapi belum pernah sampai antar pulau apalagi antar planet,” jelas Ihsan.

“Berarti kita kirim utusan saja?” tanya Yusuf.

“Benar, Ihsan. Itu satu-satunya opsi,” jawab Alim.

“Baiklah, kita kirim utusan sekaligus menyerahkan posisi pengelola wilayah Garudapura ke seseorang yang bisa kita percaya,” tambah Lintang.

“Jadi, kita punya beberapa orang seperti Andre, Reda, dan Heru untuk mengurus wilayah Garudapura. Mereka cukup kompeten, bahkan kurasa bisa mengelola pusat bisnis di Mataram dengan sedikit bimbingan tambahan dari kita,” ucap Yusuf.

“Ya, mereka bertiga kandidat yang bagus untuk memimpin wilayah bisnis di Garudapura. Berarti kita perlu segera melatih mereka,” ujar Steve.

“Berarti kita butuh minimal satu bulan untuk membimbing mereka. Tapi untuk sekarang, inilah opsi terbaik,” sambung Alim.

“Masih ada opsi lain,” Ihsan menimpali, “kita bisa restrukturisasi usaha di wilayah Mataram dengan menugaskan Andre, Reda, dan Heru untuk mengawasi kinerja di sini secara langsung, lalu mengirim Anas, Fio, dan Lina sebagai pengelola wilayah Garudapura. Mereka bisa membawa beberapa pegawai terpercaya yang mereka tunjuk untuk ikut sementara kita mencari pegawai baru di sini.”

"Hah, apa katamu Ihsan? Bukannya mereka sudah menjadi pengelola wilayah sebaran di kerajaan Mataram? Kenapa malah dipindahkan ke Garudapura? Itu sama saja memotong penghasilan mereka," ucap Alim dengan dahi berkerut.

"Iya, Ihsan. Kau tidak bisa semudah itu mengganti posisi pengelola lalu memindahkan mereka ke tempat lain yang belum pasti menguntungkan. Itu sama saja menyiksa mereka," sahut Lintang sambil menatap serius.

"Apa alasanmu sebenarnya, Ihsan?" tanya Yusuf dengan nada penuh selidik.

Lihat selengkapnya