Shangkara

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #67

Agen Perubahan

"Triwikrama kemarin itu pelajaran terakhir dari cakra ajna ya, sekarang sudah liburan aja," ucap Ihsan.

"Hmm, iya nih. Agenda liburan kita apa ya?" tanya Yusuf.

"Kita ke Garudapura buat mengunjungi wilayah bisnis kita yang baru," ucap Alim.

"Hmm, silakan sih, tapi mohon maaf aku perlu pulang ke Panditanagara. Bisa sekalian buat mengurus pembukaan cabang bisnis di Panditanagara," ucap Steve.

"Hooo, begitu ya. Hati-hati ya, mas. Eh, kalau mas Lintang mau ikutan nggak? Bukannya mas Lintang juga sering ke Garudapura," tanya Ihsan.

"Aku tidak sesering itu ke Garudapura. Lagipula aku lebih memilih untuk menemani ibuku selama liburan, jadi aku belum bisa ikut kalian bertiga," ucap Lintang.

"Hmm, jadi begitu ya. Jadi kita cuma bertiga saja," ucap Alim.

"Baiklah kalau begitu kita berangkat bertiga saja," ucap Ihsan.

"Aku siapkan vimananya, nanti kita berkabar ke orang tua lalu berangkat ke Garudapura," ucap Yusuf.

"Ya sudah, kalian hati-hati ya," ucap Steve.

"Maaf nih ya nggak bisa ikut," ucap Lintang yang kemudian memanggil merak miliknya untuk pulang, diikuti oleh Steve yang menuju vimananya untuk berangkat ke bandar pushpaka vimana terdekat.

Saat itu, Ihsan, Alim, dan Yusuf mulai menaiki vimana milik mereka untuk menuju Garudapura.

...

Sesampainya di Garudapura, Ihsan, Alim, dan Yusuf segera menuju lokasi pertemuan mereka dengan Anas, yang juga mengelola salah satu outlet terbesar mereka. Outlet itu berada di wilayah selatan Garudapura bernama Arunavati, yang sekaligus merupakan tempat tinggal Shafa.

"Halo mas Ihsan, mas Alim, mas Yusuf, gimana kabarnya mas, lama gak ketemu," tanya Anas yang baru keluar dari outlet sambil masih mengenakan celemek memasaknya.

"Wuiissh, pak Anas, lama gak jumpa. Saya baik-baik saja, pak. Kalau Anda gimana kabarnya?" tanya Ihsan.

"Saya baik-baik saja, mas. Fio dan Lina sedang membuka outlet baru dan swalayan juga, serta membuat sistem administrasi khusus untuk wilayah kerajaan Garudapura yang kami urus," ucap Anas.

"Heh, outlet baru, swalayan? Sejauh apa memangnya perkembangan di sini? Bisnis apa aja yang berkembang?" tanya Alim.

"Hmm, kalau itu kami juga sudah beberapa kali bicara dengan pak Akhmad dan pebisnis setempat, sehingga kami bisa membuka beberapa outlet baru, meski masih berkutat di wilayah Arunavati, mas. Kalau untuk bisnis yang kami kembangkan ya sesuai permintaan pasar, dan kebetulan itu makanan instan dan warung. Ini kami berencana untuk membuka pabrik," ucap Anas.

"Wah, sampai perlu pabrik segala. Kalau bidang usaha lain seperti energi, bukannya itu produk yang paling menguntungkan?" tanya Yusuf.

"Kalau bisnis yang lain saya belum bisa jamin, mas. Jadi kami lebih fokus ke produk makanan instan dan warung. Produk energi sendiri kami cukup kesulitan karena energi di wilayah kerajaan Garudapura sudah disediakan oleh pemerintah kerajaan Garudapura sendiri. Sehingga kami masih perlu proses untuk menyiapkan pembangkit energi di sini. Ditambah lagi dengan pengembangan teknologi di sini yang sangat luar biasa, gabungan dari penduduk yang jenius dan permintaan yang tinggi memaksa mereka untuk maju atau tersisih. Industri lain seperti produk agribisnis sudah memiliki pemasok tersendiri, produk perabotan rumah tangga sudah dikuasai oleh beberapa perusahaan setempat, jasa kebersihan masih kita usahakan, sedangkan perusahaan senjata sangat sulit untuk masuk karena industri persenjataan di sini sudah berkembang sangat jauh," jelas Anas.

"Eeeh begitu ya. Kukira penjualan energi bakal lebih menguntungkan, ternyata banyak pesaing juga," ucap Alim.

"Yasudah, kita fokus saja ke area bisnis yang sudah lancar. Nanti kalau sudah waktunya akan laku juga seiring dengan perkembangan teknologi kita," ucap Ihsan.

"Yap, begitu saja. Agar kita bisa lebih pasti mendapatkan penghasilan dulu untuk memperbesar usaha secara perlahan," ucap Yusuf.

Lihat selengkapnya