Shangkara

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #69

Syal

"Ayah, ayo ikut denganku," ucap Shafa.

"Iya Shafa, ada apa nak?" tanya Pak Akhmad.

"Ayah, esok hari Ihsan akan pergi. Ayo ke sana, dia kan rekan bisnis ayah," ucap Shafa.

"Iya Shafa, kenapa memangnya harus bertemu? Urusan ayah dengan Ihsan masih belum ada, Shafa. Baik toko baju maupun transportasi, ayah sudah pakai. Nanti malam saja ya," ucap Pak Akhmad menenangkan anaknya.

...

Sementara itu di toko Ihsan, Alim dan Yusuf mulai mendapatkan barang-barang pesanan mereka. Anas ikut membantu mengemasi barang-barang itu sekaligus mengadakan pembukaan lowongan kerja untuk pabrik mi instan. Ia memfokuskan pekerja yang memiliki artaguna bahan-bahan baku untuk makanan instan mereka seperti beras, terigu, telur, garam, minyak, bumbu masak, dan lain-lain.

"Jadi begini cara mainnya, Nas? Hmm, bukannya bakal lebih baik kalau mereka punya dagangan sendiri lalu kita beli nanti?" ucap Ihsan.

"Itu benar, Mas Ihsan, tapi di Garudapura tidak banyak orang yang memiliki artaguna semacam ini. Kalaupun ada, mereka punya dalam jumlah sangat sedikit sehingga masih perlu kita berdayakan agar sedikit banyak dulu, baru bisa dilepas untuk usaha sendiri dan bisa kita beli secara berkala sebagai tambahan kolega bisnis. Tapi kalau untuk sekarang, masih belum bisa kita berdayakan untuk bisnis secara berkelanjutan dan masih harus mengumpulkan dana lagi. Kalau untuk membuat zona regulasi artaguna, saya belum paham mengenai perhitungannya. Kalau salah, kita bisa terjerumus dalam bisnis kotor yang tidak efektif dan hanya menguntungkan satu pihak," ucap Anas.

"Owwh begitu ya? Yasudahlah kalau begini cara kerjanya. Kelihatannya cukup bagus untuk maju juga. Lakukanlah yang kau bisa, selagi tidak merugikan diri sendiri dan orang lain," ucap Ihsan.

"Ya, meskipun harus kuakui kalau regulasi seperti ini masih terhitung lambat dan masih perlu berhubungan dengan tengkulak dan penadah yang melakukan transaksi dengan petani luar dalam jumlah besar, sehingga kami masih perlu memberi kesempatan untuk para pedagang sekitar untuk maju," ucap Anas.

"Itu sudah cukup bagus, Anas. Kalau bisa membuat regulasi artaguna sebenarnya memang masih perlu kepercayaan masyarakat juga, sedangkan masyarakat masih perlu untuk berdaya saing di sini agar artagunanya bisa memberikan dampak dulu pada lingkungan," ucap Alim.

"Malam ini hari terakhir kita di sini. Untuk biaya pembuatan tungku dan konsumsi tambahan untuk lautan sudah direncanakan, bukan?" tanya Yusuf.

"Kalau itu aku sudah ada hitungannya buat pembuatan tungku pembakaran dan pembuatan nutrisi tambahan untuk perairan," ucap Alim.

"Nah, baguslah kalau begitu. Nanti kita bisa bikin tempat peleburan limbah juga," ucap Ihsan.

"Loh, bukannya tungku ini buat memasak, Ihsan? Kalkulasi keuangan dan dayanya sudah kesesuaikan untuk penggunaan tungku memasak," ucap Alim.

"Kalau untuk itu tidak masalah. Kalau buat tungku pertama untuk memasak, untuk tungku selanjutnya kita buat untuk pembakaran limbah terkontrol, agar kita bisa menanggulangi permasalahan sampah yang kita hasilkan tiap hari. Mengingat mengandalkan tempat pembuangan sampah setempat mungkin saja tidak cukup," ucap Ihsan.

"Bukannya beberapa materialnya ditembakkan ke bintang?" ucap Yusuf.

"Itu tidak menjamin bahwa sampahnya akan sampai ke bintang untuk jadi bahan bakar. Justru kita perlu mempertimbangkan kemungkinan adanya hamburan sampah di angkasa yang bisa membuat tumbukan balik yang berbahaya," ucap Alim.

"Ehh, bukannya itu bakal bagus untuk perkembangan sistem bintang?" ucap Ihsan.

"Kalau untuk perkembangan memang bagus, tapi untuk kehidupan belum tentu. Tabrakan meteorit dalam jumlah banyak bukanlah hal yang bagus untuk keberlangsungan kehidupan di sebuah tempat, karena bisa menjebol atmosfer dan menciptakan badai. Lalu badai itu bisa merusak tatanan kehidupan sebuah tempat. Kalau kau ingat, efeknya seperti di Makarapura, di mana radiasi bisa dirasakan semua makhluk hidup dan memaksa mereka untuk bermutasi atau mati," ucap Yusuf.

Lihat selengkapnya