"Besok adalah hari dimana aku akan mempelajari cakra terakhir yaitu Sahasrara. Setelah itu aku akan bisa menggunakan seratus persen potensi diriku saat ini dan berkembang dengan sangat cepat. Kemarin hari di Garudapura aku sudah mempelajari banyak sekali potensi baru dari Sahasradwipa yang bisa digali. Jika aku bisa memaksimalkan semua potensi yang ada, bukan hanya diriku yang menjadi kuat, tapi dunia juga akan merasakan dampak positif dari perbuatanku," pikir Alim sembari memegangi dadanya yang terukir tanda srivatsa yang menyimpan tenaga yogi dalam jumlah besar, namun belum bisa dia gunakan karena belum ada dasar penggunaan energi yogi yang dia kuasai.
Terakhir kali dia mencoba energi itu malah merusak sistem organ tubuhnya, sehingga Alim muntah darah dan sekarat.
Di atas balkon itu, Alim melihat Ihsan yang bermain dengan kucing dan lembunya.
"Sedang melihati Ihsan bermain ya Alim? Kayak melihat adik sendiri ya," ucap Yusuf.
"Di desa kami memang sering bermain. Anak itu payah sekali dulu, tapi sekarang meski dia juga masih lemah, dia lebih luar biasa dari kita. Entah apa yang ada dipikirannya sehingga dia bisa punya gagasan-gagasan menarik hanya mengandalkan pikiran spontannya," ucap Alim sembari tersenyum tipis.
"Meski kadang gak logis, tapi kita bisa mengoreksinya agar tidak banyak terjadi kecelakaan," ucap Yusuf.
Sementara itu Ihsan sedang melakukan latihan rutinnya bersama lembu miliknya. Kali ini dia sengaja meletakkan kucingnya di atas kepala untuk menambah tingkat kesulitan latihannya.
"Hmm, lembu ini bisa tumbuh kuat semakin cepat semakin sering dia menerima serangan. Meski masih bisa kukalahkan sih, kalau aku pakai kucingku di kepala mungkin akan jadi lebih menantang," pikir Ihsan sembari memasang kuda-kuda dan mulai menyerang lembunya.
Kali ini dia sengaja membatasi jurusnya hanya pada serangan fisik dan elemen dasar agar bisa meningkatkan adrenalin miliknya berkali-kali. Setelah beberapa menit berlatih, Ihsan dan lembunya sama-sama tumbang. Namun kali ini lembunya berhasil berdiri terlebih dahulu.
"Ahhh aku kalah," ucap Ihsan yang masih terlentang di tanah.
Beberapa saat kemudian Ihsan kembali berdiri, membersihkan pakaiannya, lalu memberi makan lembunya dengan umbi-umbian sisa jualan yang mereka dapat dari Kusumapura untuk bahan bisnis keripik singkong dan keripik kentang.
Tak lama setelah itu, Steve dan Lintang datang ke musholla yang kini sudah jauh lebih sibuk dan megah karena warga kampung kincir mulai menggunakan banyak teknologi baru yang membuat mereka maju dengan cepat.
"Hmm Lintang, apa kau sadar kalau penghasilan orang-orang di kampung ini sudah mencapai angka dua belas kilo emas per bulan, padahal rata-rata penghasilan di Sahasradwipa hanya satu kilogram emas per bulan. Ini sudah dua belas kali lipat dari penghasilan warga saat kita pertama kali masuk ke sini, meski harus kuakui warga di sini memang sangat kooperatif, beda dengan warga Garudapura," ucap Steve.
"Iya sih, daerah sekitar sini juga sudah mulai naik penghasilannya. Ada yang per orang mendapatkan sepuluh kilo emas per bulan, tapi rata-rata baru sampai lima sampai tujuh sih," ucap Lintang.
"Efeknya cukup berantai di seluruh kampung Kincir dan sekitarnya, bahkan planet kita sekarang sudah menyentuh lima belas kilo emas per bulan. Tinggal menunggu waktu saja sampai seluruh kampung Kincir bisa sampai segitu," ucap Steve.
"Itu tidak menjamin kesejahteraan juga sih Steve, kecuali kalau benar-benar merata. Semisal anak-anak itu dan kita sudah pergi dari sini, kampung Kincir bisa berkurang sampai satu kilogram emas per bulan dalam penghasilan per penduduk. Kalau kita berdua sih tidak masalah, tapi kalau tiga anak itu yang pergi aku tidak tau bakal seperti apa dampaknya di kampung ini," ucap Lintang.
"Kau benar juga Lintang, kita hanya bersekolah di sini, belum tentu saat kita pergi bakal ada orang yang bisa meneruskan perjuangan kita. Mungkin bisnis bisa diatur, tapi kalau ingin membuat lingkungan bertumbuh kita perlu untuk mewadahi minat dan bakat orang-orang di sini agar bisa berdaya saing juga. Ini tahun terakhir kita bersekolah, dan bagiku ini tahun terakhirku tinggal di Sahasradwipa," ucap Steve sembari berjalan menuju Ihsan, Alim, dan Yusuf di musholla.