Shangkara

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #73

Daikokuten

"Hei Ihsan, kau gak istirahat? Nanti turun lagi kondisi tubuhmu," tanya Steve.

"Aman, mas. Aku cuma sedang menguji atmasena versi terbaruku yang kusempurnakan saat aku sakit kemarin," ucap Ihsan.

"Hah? Gimana caranya bisa begitu?" tanya Steve.

"Kemarin saat sakitku parah, tubuhku merespon dengan membentuk banyak sekali sistem penyembuhan dan imun. Kalau aku bisa membuat versi energinya, aku seharusnya bisa mempertahankan atmasena jauh lebih lama. Saat baru pulang dari rumah sakit kemarin aku juga melihat replika tubuh manusia dari Yusuf dan mencoba menerapkan aplikasinya ke atmasena milikku sehingga aku bisa membuat versi yang bisa sepenuhnya mandiri. Meski sebagai bayarannya aku memerlukan energi pembentukan yang jauh lebih besar dan berkualitas," ucap Ihsan.

"Hmm, itu bagus Ihsan. Sekarang seharusnya kau bisa merancang atmasena jarak jauh, tapi dengan mengorbankan lebih banyak energi untuk pembentukan. Apakah ini bisa digunakan untuk bertarung? Kau baru saja membuat versi yang bagus untuk bisnis, tapi membuatnya jauh lebih sulit untuk digunakan dalam pertarungan," ucap Steve.

"Dan bagiku itu sudah cukup, fokusku untuk atmasena versi ini memang untuk keperluan bisnis lagipula kita masih punya yang versi normal bukan?" jawab Ihsan dengan riang.

"Kamu benar. Tapi saranku, karena dirimu sudah terlanjur menekuni penyempurnaan teknik atmasena ini, alangkah baiknya kalau dirimu melanjutkannya sampai bisa digunakan bertarung juga. Setiap manusia akan punya karakteristik masing-masing. Variabel teknik mereka juga akan berbeda. Bahkan dua orang yang punya teknik yang sama bukan berarti akan memiliki pengembangan yang sama terhadap tekniknya. Ini akan sesuai karakteristik masing-masing orang, keinginan, pola hidup, dan lingkungannya. Contoh saja aku punya elemen angin yang sama dengan dirimu. Bahkan dirimu belajar dengan pemahaman elemen angin milikku, namun pemahaman dan penerapan kita berbeda. Diriku memahami elemen angin untuk mendaratkan pukulan angin agar bisa menghempaskan musuh dan mengulur waktu untuk serangan lain, sedangkan dirimu memahaminya untuk melakukan tebasan jarak jauh. Bahkan meskipun kita bisa memahami jurus satu sama lain, preferensi yang sudah kita terapkan akan sangat berpengaruh pada pola pikir kita dan pada akhirnya berpengaruh pada konstruksi kekuatan yang kita punya," ucap Steve.

"Itu adalah konsep yang menarik. Terimakasih, mas Steve. Diriku memang berencana mengembangkan pola energiku sesederhana mungkin dengan jumlah banyak, berkualitas tinggi, dan kontrol pengolahan yang bagus. Cara termudah untuk melakukannya adalah mendapatkan bermacam informasi dari seluruh penjuru dunia, dan menggunakan atmasena akan mempermudah diriku mendapatkan informasi itu serta melatihnya sampai ke level yang sangat tinggi," ucap Ihsan.

"Itu adalah kekuatan yang sangat besar, Ihsan. Mustahil untuk didapatkan, karena pemahaman manusia juga akan berkembang seiring dengan waktu. Lagipula untuk apa kekuatan sebesar itu?" tanya Steve.

"Aku tau mengumpulkan seluruh interpretasi umat manusia itu mustahil. Tapi yang kumaksud adalah mendapatkan informasi yang bisa kupahami saja, lalu mengembangkannya berdasarkan interpretasiku sendiri. Aku yakin dengan wawasan yang jauh lebih luas, opsi yang kukembangkan juga akan lebih banyak," ucap Ihsan.

"Jadi begitu ya jalan yang ingin kau tempuh. Sebenarnya mirip dengan jalan hidup setiap pejuang, tapi mungkin itulah yang dibutuhkan, jalan yang simpel namun ditempuh dengan penuh semangat," ucap Steve yang segera membawakan segelas air untuk Ihsan agar bisa melanjutkan latihan tanpa gangguan besar dari penyakitnya.

Meski begitu, Ihsan hanya menyudahi latihannya selama dua jam karena harus bersiap ke sekolah.

...

Di pagi hari saat masuk sekolah, Ihsan melihat bu Rina sedang berlatih bersama para wanita misterius. Mereka bahkan memulai latih tanding. Betapa terkejutnya Ihsan ketika melihat salah satu perempuan kecil yang sedang berlatih itu adalah Shafa, yang terlihat berdarah-darah demi mengikuti latihan bersama pasukan tersebut.

"Apa mereka itu vishkanya? Bukankah latihan mereka terlalu brutal? Bagaimana caranya Shafa bisa terluka parah seperti itu? Bahkan di kelas hanya Rio yang bisa membuat Shafa terluka, itupun Rio harus bertempur dengan segenap jiwanya hanya untuk luka kecil di jari. Aku belum pernah melihat Shafa terluka seperti itu. Kenapa rasanya agak sesak melihatnya? Apa ini karena tekanan energi tinggi dari mereka? Kurasa aku harus sedikit mundur," pikir Ihsan sembari kembali menuju kelas.

"Shafa, fokus!! Kalau hanya segini kemampuanmu, kau tidak akan bisa ikut ke tim inti. Teman seangkatanmu yang bernama Sekar itu sudah mendapat rekomendasi promosi ke tim inti, dan dirimu masih di sini. Sama saja seperti putri Shifa, kalian terlalu ceroboh mengambil keputusan," bentak bu Rina.

"Maaf guru, aku masih ceroboh. Tolong bimbingannya," pinta Shafa.

Lihat selengkapnya