Disore hari sepulang sekolah dihari terakhir Ihsan terlihat begitu serius berlatih, bahkan setelah menguras energinya saat melakukan beberapa pekerjaan seperti menangani para perompak yang terus muncul, mengawasi beberapa pembuatan lingga yoni versi terbaru dan juga pembebasan budak disana-sini, hal itu membuat kedua temannya mulai khawatir karena semenjak terkena penyakit kemarin hari Ihsan memang sangat melemah, bahkan sampai sekarang penyakitnya masih sering kambuh.
"Oi Ihsan, gak istirahat dulu, kau dari tadi sudah menyelesaikan banyak sekali pekerjaan kini masih latihan tanpa jeda, kerasukan apa kau," tanya Yusuf.
"Aku harus jadi kuat Suf, ada yang mengharapkan perlindungan dariku," ucap Ihsan.
"Eh, nggak biasanya kau sampai seserius itu berlatih, siapa orang itu," tanya Yusuf.
"Shafa," jawab Ihsan sembari terus berlatih.
"Akhirnya kau menyadari perasaan anak itu, baguslah Ihsan, sekarang dirimu punya alasan lebih untuk menjadi kuat," ucap Alim sembari memulai ancang-ancang berlatih.
"Aku tidak mengerti itu cak, tapi dia menangis saat memintaku menjadi lebih kuat lagi, aku tidak sanggup menolak permintaan dari seseorang yang sudah banyak memberiku perhatian, kadang melihat Shafa mengingatkan diriku pada kanjeng Ibu," ucap Ihsan.
"Sudah ngasih kabar ke orang tuamu Ihsan?" tanya Alim.
"Sudah kok cak, aku juga ingin membahagiakan mereka, tapi permintaan mereka hanya agar aku diberi kebahagiaan dan kesuksesan, jadi yang perlu kulakukan adalah mengabarkan pada mereka keadaanku sekarang," ucap Ihsan.
"Kau yakin orang tuamu akan senang melihat dirimu menyiksa diri sendiri seperti itu?" tanya Alim.
"Iya Ihsan, jangan menyiksa diri sendiri semakin jauh. Kalau berlatih keras sih kami juga latihan, tapi istirahat itu juga penting. Luangkan waktumu sebentar saja untuk membiarkan otot-otot milikmu tumbuh," ucap Yusuf.
"Aku sudah istirahat kok sebentar, kini waktunya untuk berlatih lagi. Tenang saja aku tidak sedang menyiksa diriku sendiri," ucap Ihsan yang menembakkan beberapa anak panah yang sangat kuat dari pinakanya.
Alim yang melihat skill memanah Ihsan yang terlihat tak seperti biasanya itu segera menepuk punggung Ihsan yang terdiam, dan benar saja Ihsan terjatuh ke tanah dan mulai batuk darah.
"Itu yang kau bilang tidak menyiksa dirimu sendiri!! Kau ini kenapa Ihsan? Cuma karena permintaan seorang wanita kau jadi seperti ini," tegur Yusuf.
"Kau tidak mengerti Suf, seberapa banyak perhatian yang dia sudah berikan padaku," ucap Ihsan sembari mencoba berdiri lagi.