"Cak, gimana setelah ini ujian kelulusanmu? Yusuf baru saja berangkat, apa persiapanmu?" tanya Ihsan.
"Aku sudah menyiapkan sepuluh macam manusia untuk melewati ini, rencanaku hanya membimbing mereka agar bisa bekerjasama dan terorganisir," ucap Alim.
"Apa yang engkau khawatirkan nanti selama ujian?" ucap Ihsan.
"Sebenarnya aku lebih mengkhawatirkan dirimu daripada ujian ini. Penyakitmu itu belum kunjung sembuh, kalau sampai terjadi apa-apa jangan memaksakan diri. Setelah nilai kelulusanmu cukup, kau boleh keluar kok," ucap Alim.
"Baiklah cak, maafkan aku merepotkan dirimu selama ini," ucap Ihsan dengan sedikit sedih.
Saat itu Alim mulai berjalan pergi menuju rumah Vaivasvata untuk melaksanakan ujiannya.
"Ihsan, jaga dirimu ya," ucap Alim sembari melesat cepat menuju ruang pemberangkatan.
"Baik cak," ucap Ihsan.
...
Sesampainya di ruang pemberangkatan, Alim menyiapkan kembali susunan strategi miliknya termasuk bekal yang akan dia bawa seperti benih, beberapa helai baju dan celana, serta perlengkapan perang.
"Hei Alim, lagi ngapain kok kelihatan bingung banget?" tanya Shifa yang tiba-tiba menyapanya.
"Eh Shifa, lagi bersiap untuk ujian nih, mengecek ulang perlengkapan," ucap Alim.
"Eeeh begitu ya, perlengkapanku sudah disiapin para abdi dalem tadi, mereka menawarkan bantuan jadi aku terima aja," ucap Shifa.