Shangkara

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #83

Destructor

"Kita sudah sampai dek, rumah kebebasan Indra Savarni," ucap Rasha.

"Hei Rasha jangan kasar gitu, dia orang yang sangat penting," ucap Bowo.

"Ihsan, kami tidak bisa menemanimu sampai dimulainya ujian, esok hari kami ada kompetisi pertempuran antar negara jadi mohon maaf nih, kebetulan kelompok kami bertiga lolos seleksi," ucap Lintang yang baru keluar dari bilik kendali.

"Kompetisi? Waaah kok pas aku ujian sih, kan aku juga mau lihat," ucap Ihsan.

"Hmm, tahun depan kau juga mungkin bisa berpartisipasi, latih saja kekuatanmu saat ini lalu ketika babak seleksi kau bikin grup tiga orang dan mendaftarkan diri. Lulusan Manasasagara akan hanya diperbolehkan untuk memilih tim dari rumah belajarnya masing-masing kecuali jika tidak memungkinkan seperti kasus Steve yang pulang ke negara asalnya maka diperbolehkan untuk membentuk tim selain dari rumah belajarnya dulu," jelas Lintang.

"Hmmph, aku juga mau melawanmu Ihsan, kabarnya kau sangat ahli pakai elemen angin. Kalau dirimu lolos mungkin kita bisa menguji siapa yang terbaik dalam menggunakan elemen angin, adikku sendiri yang bilang," ucap Rasha.

"Adikmu? Siapa? Kayaknya aku pernah bertemu beberapa anak-anak, mungkin salah satunya adalah adikmu," tanya Ihsan.

"Dia juga sedang ujian hari ini, di rumah belajar yang sama denganmu. Rio namanya, nanti kalau bertemu sampaikan salamku pada adikku yang nakal itu," ucap Rasha sembari mengaktifkan rsinetra yang membuat Ihsan langsung paham.

"Hmmm, sebenarnya mereka bukan saudara kandung sih, lebih tepatnya saudara seayah. Mereka adalah anak-anak dari suku besar nelayan yang kini membangun sebuah pabrik pengolahan ikan. Rasha adalah putri pertama dari kepala suku sedangkan Rio adalah pewaris sah perusahaan karena dilahirkan dari istri pertama," jelas Bowo.

"Hmm, menarik. Kalau begitu aku pergi dulu ya," ucap Ihsan.

"Hei Ihsan, tunggu dulu," ucap Lintang sembari memegang kepala adiknya itu.

"Ada apa mas?" tanya Ihsan.

"Aku tau penyakitmu belum kunjung sembuh juga. Skor minimal untuk lulus adalah tujuh puluh. Kalau penyakitmu tiba-tiba kambuh dan skormu sudah cukup, pulang saja jangan memaksakan diri. Kau bisa menjadi lebih kuat dengan cara yang lain kok," ucap Lintang.

"Aku juga sudah berencana seperti itu mas, tapi terimakasih informasinya. Kukira minimalnya sembilan puluh karena belum ada yang pernah lulus dengan skor di bawah sembilan puluh," ucap Ihsan.

"Kalau memang dirimu dalam bahaya, turunkan dulu egomu dan lakukan pekerjaan secukupnya saja. Jaga dirimu, kau adalah adik kesayangan kami semua, kelima bersaudara," ucap Lintang sembari memeluk adiknya.

"Terimakasih mas, aku berangkat dulu ya," ucap Ihsan lalu begitu Lintang melepas pelukannya Ihsan langsung melesat pergi menuju ruang pemberangkatan.

Sesampainya di ruang pemberangkatan, Ihsan menatap satu per satu temannya yang sudah siap sedari tadi.

"Gak biasanya kau datang terakhir begini," sapa Rio.

"Vimana mas Lintang tadi mengantar Yusuf dan Alim dulu. Oiya Rio, kau dapat salam dari kakak perempuanmu," ucap Ihsan.

"Mbak Rasha!!!?" ucap Rio yang kaget dan mulai berkeringat dingin.

"Iya Rio, eh kenapa dirimu kok kaget begitu?" tanya Ihsan.

"Gaada Ihsan," ucap Rio yang masih pucat itu.

"Kau takut pada kakakmu itu? Dia orang baik lho," ucap Ihsan.

"Hahaha, punya ketakutan juga dirimu Rio," sahut Eda.

Lihat selengkapnya