Shangkara

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #84

Upacara Pelepasan

Ihsan baru saja pulang dari ujian dan tiba di musholla. Namun betapa terkejutnya dia ketika melihat warga mulai membuat patung dirinya dan keempat saudara seperjuangannya, lalu berdoa di sana.

"Bodoooh, apa yang kalian lakukan!" bentak Ihsan dengan penuh amarah sembari menebas patung-patung itu dengan pisau anginnya. Amarahnya terlihat jelas di wajahnya hingga akhirnya Andre menghampiri.

"Maaf mas, mereka sudah kami ingatkan untuk tidak berdoa di situ, tapi mereka masih saja melakukannya," ucap Andre.

"Siapa yang membuat patung itu di dekat sini?" tanya Ihsan sambil mengeluarkan trisula miliknya.

"Kepala kampung Kincir saat ini yang melakukannya. Dia bilang dirimu adalah pahlawan di sini dan harus dihormati. Kemarin Reda dan Heru sudah sangat marah karena hal ini, tapi warga bersikeras untuk membangun monumen kalian," jawab Andre.

"Hhhhhh… mau sampai kapan mereka seperti ini? Kami hanya manusia. Bilang pada lelaki bodoh itu jangan membangun patung, apalagi di dekat tempatku dan saudara-saudaraku berbagi cerita kehidupan. Ini rumah Tuhan! Apa maunya mereka sehingga menggunakan wajah kami untuk menodainya? Kalau pun mereka memang sefanatik itu pada kami, jangan dibangun di sini!" ucap Ihsan sembari menangis sedih melihat kebodohan warga.

Hari itu Ihsan ingin beristirahat sejenak dan mengambil barang-barangnya di basemen, sementara Andre segera memanggil beberapa karyawan untuk membereskan sisa-sisa patung yang sudah ditebas dengan elemen angin itu. Ihsan berjalan masuk ke ruang bawah tanah, tempatnya mengadu nasib selama ini. Ia menuruni tangga dengan pancaran aura penuh amarah yang membuat para penjaga musholla ketakutan merasakannya.

"Oi oi oi, Dzul, ini pancaran energi dari siapa kok mengerikan sekali? Apa masalah yang kita perbuat selama ini? Apa orang-orang tidak suka kita tinggal di kamar pahlawan mereka?" ucap salah seorang adik kelas Ihsan.

"Kau tak tahu ini, Obi. Ini pancaran energi mas Ihsan, bukan orang lain. Tapi dia terasa sangat marah… apa yang membuatnya semarah ini?" balas Dzul.

Tak berapa lama, Ihsan membuka pintu perlahan dengan senyum yang tetap menyimpan amarah.

"Apa yang kalian lakukan di sini sampai banyak orang menyeleweng tepat di tempat Tuhan seharusnya disembah?" tanya Ihsan.

"Kami tidak berdaya, mas. Mereka memaksa untuk membangun patung itu," ucap Obi.

"Kalau mereka memang bersikeras melakukannya, setidaknya minta agar tidak di sini. Setidaknya cegah perilaku bodoh mereka yang berpikir aku pantas dijadikan perantara menuju Tuhan, karena Tuhan tak perlu perantara. Dia selalu mendengar doa kita, bahkan yang belum terpikir di kepala kita," ucap Ihsan.

"Maaf mas Ihsan, kami masih belum sekuat itu untuk mencegah mereka," ucap seorang anak yang sedari tadi diam.

"Aku mengerti itu, Faris. Yang aku tanyakan hanya kenapa kalian masih bisa bersantai melihat kesesatan itu?" tanya Ihsan dengan penuh amarah meski masih berusaha memasang senyum di wajahnya.

"Tidak ada pilihan, mas Ihsan. Bisakah engkau melatih kami?" ucap seorang anak lainnya.

"Itulah perkataan yang kutunggu sedari tadi, Romi. Ayo berlatih," ucap Ihsan sambil mengajak anak-anak itu keluar untuk melatih kemampuan mereka.

"Terimakasih, Rom. Kau memang bisa memahami mas Ihsan dengan cepat," ucap temannya yang sedari tadi meringkuk ketakutan.

"Persiapkan saja dirimu untuk berlatih, Rangga. Ini tidak akan mudah," ucap Romi sembari bersiap keluar menuju Ihsan yang sudah menunggu.

...

Seminggu sebelum ujian ditutup, sebuah vimana raksasa mendarat di sana. Dari dalamnya keluar Steve, yang berniat berkunjung sekaligus menyiapkan kepulangan ketiga adiknya. Namun yang pertama menyambutnya adalah Ihsan di musholla, sedang sibuk melatih para pengurus musholla saat itu.

"Heii Ihsan, apa kabarmu? Eh, Ihsan, kau sudah selesai mengerjakan ujianmu? Cepat sekali," sapa Steve penuh pertanyaan.

"Halo mas Steve. Iya, aku keluar duluan karena kondisi kesehatanku memburuk waktu itu, sekaligus untuk melatih tenaga tantra di luar tempat ujian dan mencari inspirasi. Sekarang aku sudah bisa mengeluarkan seluruh kemampuanku karena sudah sehat," ucap Ihsan.

"Eh, kau sudah sembuh dari penyakit menahunmu itu?" tanya Steve sambil mengecek Ihsan, dan benar saja, Ihsan sudah sepenuhnya sehat.

"Aku menggunakan tenaga tantra untuk mengganti dan memodifikasi sistem energiku secara berkala. Kini aku bisa menggunakan lebih banyak kemampuan sejak membangkitkan tenaga tantra," jelas Ihsan.

"Kau juga sudah membangkitkan tenaga tantramu? Itu luar biasa! Padahal aku membawakan beberapa catatan yang mengatakan bahwa tenaga tantra dapat dipantik menggunakan objek yang pernah dihinggapi tenaga tantra dengan cara menyerapnya, atau ditransfer tenaga tantra dari pengguna lain. Membangkitkan tenaga tantra secara mandiri itu hampir mustahil," ucap Steve dengan nada kagum.

"Heeh, jadi selama ini metodeku cukup sulit untuk dilakukan?" tanya Ihsan.

"Tapi kalau sudah bangkit begitu tak masalah sih. Gak perlu mencari atau membuat benda yang mengandung tenaga tantra atau mentransfer energi," ucap Steve.

"Hmm, begitulah," balas Ihsan.

"Jadi gimana ujiannya?" tanya Steve.

"Aku keluar setelah enam puluh hari dan sudah memastikan punya skor tujuh puluh agar bisa diluluskan. Akhirnya aku dapat skor tujuh puluh tujuh," ucap Ihsan.

"Baguslah kalau begitu. Seminggu lagi kabarnya Alim dan Yusuf akan menyelesaikan ujiannya. Aku ingin menjemput mereka, rencananya sih dirimu juga, tapi kau sudah keluar terlebih dahulu," ucap Steve.

"Aku dengar mas Lintang masuk final di kompetisi tempur tahun ini. Gimana kelanjutannya?" tanya Ihsan.

"Kelompoknya dikalahkan oleh kelompok dari negara Manikabuana. Anak bernama Sandi itu sangat mengerikan. Dia setahun lebih senior dariku dan merupakan praktisi tantra juga. Dia diketahui mewarisi sebagian tenaga tantra Chandra dan Budha karena diwarisi sebagian tenaga tantra dari pemilik kekuatan Chandra dan Budha. Aku curiga dia sedang berusaha mengumpulkan seluruh kekuatan tantra dari Navagraha," ucap Steve.

"Menarik. Aku ingin melawan orang itu. Apakah dia akan berkompetisi lagi tahun depan?" tanya Ihsan.

"Sayangnya hanya boleh berpartisipasi dua kali saja setelah kelulusan. Hmm, setidaknya kita bisa bertemu di sana," ucap Steve.

Lihat selengkapnya