Sebulan setelah dimulainya gerakan, tim Ihsan akhirnya mulai memiliki basis suplai ransum mereka, Shafa bersama dengan para ibu di kampung Ihsan sedang menyiapkan makanan untuk bekal para prajurit, Shifa melatih obat-obatan bersama para gadis dan pemuda di kampung itu, sementara Alim dan Bagas bertugas untuk berkeliling dan menjalankan roda ekonomi dari pelabuhan Pangiring menuju pasar Gantasabha, Ihsan dan Rio sendiri sedang berada di pasar ikan Mauryancara.
"Apa ini Ihsan, kukira kau mempersilahkan diriku untuk memperluas bisnis keluarga milikku di sini tapi kenapa dirimu duluan yang membuka bisnis di sini," tanya Rio dengan kesal.
"Aku tidak menghalangimu untuk membangun pabrik pengalengan ikanmu di sini Rio, tapi ini adalah wilayah dagang untuk siapa saja dan bukan hakmu juga untuk menghalangiku membangun wilayah ini," ucap Ihsan.
"Hhh untuk kesekian kalinya kau tidak bisa menjaga janjimu, kenapa kau melakukan ini," tanya Rio.
"Aku tidak bilang kau satu-satunya yang boleh membangun sebuah bisnis di sini Rio, berhentilah egois, aku juga sudah menyiapkan banyak sekali nutrisi untuk lautan di sini agar semua orang bisa berbisnis dengan baik di wilayah ini, kalau bisa mungkin kota Tirtawangi bisa menjadi pusat perikanan di Sahsradwipa selain wilayah kota Garudadwiparaja," ucap Ihsan.
"Kau hanya akan mengeksploitasi semuanya Ihsan, aku akhirnya tahu kenapa kau bisa berteman dengan ular, dasar licik," gertak Rio dengan amarah.
"Dengarkan aku, dasar keras kepala, aku membangun tempat ini sembari memanfaatkannya, aku juga punya bisnis di sini, apa alasanmu untuk marah? Apa yang membuatmu sampai setakut itu melihatku mengambil keuntungan, kalau kau memang ingin bertarung aku akan meladenimu, kau tidak perlu berusaha menjegal orang lain untuk sukses, aku hanya melakukan ini untuk maju saja," ucap Ihsan.
"Kau melakukan ini hanya untuk mendapatkan perhatian dari Shafa kan? Aku tahu itu, bahkan meski dirimu tidak mau mengakuinya wanita secantik prajnaparamita Shafa tetap akan membutakanmu dari menghalalkan segala cara, ayo saja kalau mau bertarung dasar lemah," tantang Rio sembari mengambil kuda-kuda.
"Kau mengira aku melakukan ini untuk perhatian seorang wanita, itu bukan alasan yang cukup kuat bagiku untuk membantu orang-orang ini, tapi kalau dirimu memang menginginkan sebuah pertarungan aku akan menerimanya," ucap Ihsan sembari memasang kuda-kuda.
Tak lama setelah itu pukulan mereka beradu dengan sangat kuat dan menggetarkan tempat itu, lalu keduanya mengeluarkan trisula milik mereka dan mulai bertempur di langit. Tebasan demi tebasan angin Ihsan melayang ke arah Rio namun dapat Rio hindari, sementara Rio membalas Ihsan dengan laser air miliknya yang menggores pipi Ihsan. Namun Ihsan langsung menyembuhkan lukanya dan membaca mantra sembari mengarahkan jari telunjuknya ke arah Rio lalu membentuk sebuah bola tenaga berwarna hitam pekat.
"Bholenath," ucap Ihsan sembari menembakkan bola energi itu.
Rio secara refleks langsung menghindarinya dan benar saja ledakan yang sangat kuat mengikis dan menghancurkan apa pun yang ada di jalannya lalu meledak dengan dahsyat hingga menimbulkan bintang yang terkena langsung meledak.
"Serangan macam apa itu, aku tidak boleh terkena serangan sekuat itu atau aku bisa kalah," pikir Rio sembari mengaktifkan rsinetranya dan memanggil dua makara miliknya untuk membantu pertempuran.
"Rsinetra ya, aku tidak bisa menggunakan serangan yang bisa mengaktifkan kewaspadaannya seperti bholenath. Kalaupun mau kuaktifkan aku perlu memastikan itu akan membuatnya tidak sadar. Mau bagaimanapun misi ini memerlukannya," pikir Ihsan sembari mengaktifkan energi tantranya, mata ketiganya, dan juga memanggil kuncoro serta santoso ke medan tempur dengan bentuk manifestasi penuh yang sempat membuat makara milik Rio ketakutan.
Ihsan kemudian membentuk mudra. Untuk itu Rio memanggil busurnya dan segera menyerang Ihsan dengan divyastra yang sempat dihindari Ihsan. Ihsan membalas dengan serangan penghalang angin berbentuk bola di sekitar tubuhnya untuk membuat perlindungan, lalu mereka mulai beradu serangan sekali lagi. Trisula keduanya bertemu dan menimbulkan getaran di angkasa, namun Rio membuat tangan-tangan lain dan mulai menyerang Ihsan dengan membabi buta. Ihsan mengantisipasinya dengan membuat bola udara yang sangat besar dan menghempaskan Rio ke belakang beberapa meter, hanya untuk Rio menembaki Ihsan dengan astra kembali.
Ihsan membalas dengan memanggil pinaka dan menghujani Rio dengan anak panah yang beberapa mengenainya. Melihat kesempatan itu Ihsan maju sembari melemparkan tebasan demi tebasan angin ke arah Rio yang sempat memberikan luka padanya. Di saat Rio kesakitan, Ihsan memanaskan tinjunya dengan elemen api dan membombardir Rio dengan pukulan api, sementara nandi dan vasuki milik Ihsan menghalangi makara Rio untuk membantu.
Untuk menghindari serangan Ihsan, Rio memancarkan energinya ke segala arah dengan elemen listrik yang menyengat Ihsan dengan sangat kuat, lalu Rio membuat energi fusi dari tangannya dan memperlihatkan murugan miliknya yang mengalirkan elemen petir yang sangat kuat hingga membuat langit menjadi kuning. Namun Ihsan membalas dengan memerintahkan vasuki menyemburkan api yang sangat panas ke arah Rio dan juga menyelinginya dengan asap untuk mengaburkan pandangan Rio.
Namun itu percuma saja, rsinetra milik Rio bisa melihat energi Ihsan dengan jelas. Rio pun melesat ke arah Ihsan dan menikamnya dengan murugan miliknya, hanya untuk menyadari bahwa yang ia serang adalah atmasena Ihsan yang baru saja dibentuk. Saat itu Ihsan memegangi salah satu tangan Rio dengan satu tangannya dan kembali mengeluarkan bholenath, kali ini dengan dua jarinya.
Rio secara refleks menyerang Ihsan dengan murugan di tangannya namun—
"Blaaaaar!"
Bholenath ditembakkan dalam bentuk laser yang membuat kesadaran Rio menghilang. Ihsan memotong tangan Rio yang ia pegang dari tadi agar Rio bisa terhempas ke belakang tanpa menyeret dirinya sendiri. Lalu Ihsan berjalan mendekati temannya itu dan mulai menyembuhkan luka di tubuh Rio termasuk menyambung kembali tangan Rio hingga temannya itu sadar.