Shangkara

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #95

Wild Card

Pagi-pagi buta para pasukan sudah pergi meninggalkan perkemahan dan diarak menuju lokasi pertempuran. Sementara itu para tamu sudah diizinkan untuk memasuki bangku penonton yang berada di dekat dermaga saubha vimana Kadru.

"Hmm, kau mau menonton keponakanmu kah, Yudi?" tanya Sakra yang sudah memasuki wilayah penonton.

"Tuan Gifar sudah memintaku untuk memasuki Manikabuana untuk memantau juara sebelumnya, Sandi. Kukira kau harusnya paham kalau kami mengincar para navagraha," jawab Yudi.

"Kau tidak berniat untuk melihat keponakanmu itu kah?" ucup Sakra.

"Jujur saja aku terkejut mendengar Alim menjadi peserta unggulan di sini. Mendapatkan rekomendasi atirathi dalam lima bulan adalah hal yang mengejutkan bagiku mengingat tidak ada yang spesial di keluarganya," ujar Yudi.

"Kalau begitu aku akan membuatnya spesial. Dia akan menjadi bidak utamaku untuk mengalahkanmu dan mengakhiri tatapanmu yang sombong itu, Yudi," kata Sakra.

"Aku tidak berniat membuat masalah di sini. Asalkan kau tidak memaksanya untuk mengikutimu aku akan diam karena itu adalah keputusannya sendiri. Tapi kalau kau berani mencoba untuk memaksanya, maka yang kau saksikan selanjutnya adalah neraka," gertak Yudi sambil mengaktifkan naranetra yang membuat Sakra berkeringat dingin.

"Hhh, mata itu sungguh kuat. Sejauh apa kau melatihnya sebenarnya, nak?" tanya Sakra.

"Kau tak perlu berbicara lancang seperti itu pada orang yang lebih kuat darimu, Sakra," ujar teman Yudi di sampingnya.

"Tahan dulu pedangmu, Mas Jack. Kata Tuan Gifar kita jangan mencari masalah di sini. Ini negeri orang lain yang tidak punya masalah apapun dengan kita. Yang kita inginkan hanya navagraha, bukan yang lain, dan kita hanya perlu sebagian kecil energi tantra navagraha. Lebih baik kita melakukannya dengan cara damai, Jack," ujar Yudi.

"Kita bisa saja menghabisi orang ini secepatnya," sahut Jack.

"Itu tidak bisa dilakukan. Selama kompetisi negara penyelenggara bertanggung jawab penuh atas keselamatan dan kenyamanan seluruh penonton, dan orang ini adalah salah satu penonton. Selagi dia tidak berbuat masalah, dia berada di bawah perlindungan Manikabuana. Membunuhnya berarti melawan Manikabuana," jawab Yudi.

"Kita bisa saja menghadap seluruh negeri ini berdua dan kabur dengan mudah tanpa terluka," kata Jack.

"Kita memang bisa melakukannya, tapi memancing amarah Tuan Gifar bukanlah ide yang bagus. Hanya dia seorang manusia yang bisa mengendalikan kekuatan samsara di matanya, di mana sebelumnya hanya Tuan Bhataramuni yang pernah mendapatkannya. Lebih baik bagi kita untuk tidak menantang pejuang sekuat itu," ujar Yudi.

"Kalian begitu takut pada orang itu, padahal setauku kau adalah orang yang sangat pemberani, Yudi. Pejuang sepertimu hanya sedikit. Memangnya sekuat apa dia sampai kau takut begitu?" tanya Sakra.

"Aku menghormatinya sebagai pejuang. Aku akan setia padanya. Dulu aku sering menantangnya karena dia lebih muda dariku, tapi dia selalu mengalahkan lalu mengampuniku, selalu memberikan kebijaksanaannya padaku. Dialah Brahmarsi Gifar, seseorang yang memiliki kebijaksanaan tertinggi saat ini dan juga seorang pejuang yang terkuat saat ini," jawab Yudi.

"Pemimpin negara Ashoka itu adalah pembimbing menuju cahaya yang baru. Kami akan mengikutinya untuk menegakkan dharmanya," ucap Jack.

"Hhh, orang itu memang pantas untuk kuwaspadai kalau orang sekuat dirimu saja memuji-muji kekuatannya. Tapi tahun ini aku akan menuntaskan dendamku pada Maharani Sukmawati. Wanita bengis itu tak pantas menjadi maharani. Tolong jangan ganggu aku dalam menuntaskan dendamku," ujar Sakra.

"Aku takkan menghalangimu, bahkan mungkin akan membantumu. Kurasa Sahasradwipa memang perlu berganti pemimpin. Masih banyak pemimpin yang lebih baik darinya dan dia masih belum juga mau lengser. Tuan Gifar juga tidak mempermasalahkan jika dia mati, tapi setelah dendammu kau tuntaskan jangan terus berperang atau aku sendiri yang akan menghentikanmu," ucap Yudi.

"Terima kasih untuk pengertiannya, nak Yudi," jawab istri Sakra.

"Nyonya Dira, aku tidak mengerti pedihnya rasa sakit seorang ibu yang harus kehilangan anaknya yang bahkan belum lahir ke dunia karena saudarinya sendiri. Tapi melihat ibuku yang begitu sedih saat aku pergi dari Sahasradwipa sampai-sampai kakakku berhenti berlatih hanya untuk menghiburnya, kupikir rasa sedih kehilangan anak selamanya adalah alasan yang masuk akal untuk mendendam," ujar Yudi.

"Ratu yang buruk itu memang harus mati. Tuan Gifar juga tidak pernah memujinya karena memang tidak ada yang bisa dipuji dari wanita itu. Dia terlalu buruk untuk memimpin negeri sebesar Sahasradwipa. Wajar saja sih dia cuma pemimpin darurat," kata Jack.

"Jadi tidak ada yang menentangku untuk ini," ujar Sakra.

"Kami mendukung rencanamu untuk menghabisi Sukmawati, tapi jangan kau hancurkan Sahasradwipa kecuali hanya menyingkirkan orang-orang tak berguna," kata Yudi sambil berjalan menuju bangku penonton.

"Tenang saja, aku akan menjaga negara asal kita itu, Yudi. Akan kubersihkan dari sampah-sampah yang memenuhi pemerintahan," jawab Sakra.

"Dan juga melengserkan iblis wanita itu dari takhta yang tidak seharusnya untuknya," ucap Dira dengan penuh amarah.

...

Lihat selengkapnya