BAB 4
Kesepakatan Gelap
Tiga hari setelah kunjungan Sam Malakian di tempat persembunyian Shavo, terjadi pertemuan penting antara tiga kekuatan mafia besar di negara Akasia. Para pemimpin klan telah duduk di tengah ruangan, mengitari sebuah meja bundar. Masing masing pengawal mereka berdiri di belakang layaknya seorang ajudan.
"Jovi adalah harapan keluarga Dolmayan," kata Borris dengan nada tegas. "Dia adalah calon pemimpin masa depan terbaik yang kami miliki, dan kini dia telah mati." Suaranya bergema, memecah keheningan yang menegangkan.
Di ujung meja, Sam Malakian, kepala klan Malakian, duduk dengan ekspresi dingin dan menyentuh bibirnya dengan jari telunjuk sambil mendengarkan kata-kata dari Borris. Sam mengangkat wajahnya dan berkata, "Kita tidak perlu berperang, Borris. Aku tahu tindakan Shavo pada anakmu, tapi seperti yang sudah kukatakan padamu, anakku mengikuti naluri untuk melindungi diri dari tindakan yang lebih agresif."
"Shavo," ujar Kaladze, pemimpin klan Kaladzian yang bertindak sebagai penengah konflik. "Anakmu, Sam, telah menghancurkan perdamaian yang sudah lama kita nikmati bersama. Dia akan sangat berbahaya bagi keberlangsungan kedamaian di masa depan. Kau harus lebih mengontrolnya agar tidak ada lagi yang dia bunuh. Bila perlu, jangan biarkan Shavo mengambil alih klan Malakian di masa depan, apapun yang terjadi. Biarkan anakmu yang lain mengambil alih keluarga jika kau memutuskan pensiun.”
Sam Malakian dengan tenang berkata, “Dia tahu konsekuensi dari tindakannya, Kaladze. Shavo tetaplah anakku. Apapun yang dia lakukan, kepentingan keluarga adalah kewenanganku.”
“Aku setuju dengan Kaladze. Tindakan Shavo sangat merugikan perdamaian kita. Tidak menutup kemungkinan jika ke depannya, Shavo akan bertindak di luar kendali aliansi kita.”
"Aku,” tukas Sam Malakian, “tidak menghalangi kalian memilih siapa pemimpin penerus keluarga kalian di masa depan. Kenapa kalian menghalangiku dalam hal pemilihan kepemimpinan keluargaku sendiri?”