“Hai yang di sana! Maukah engkau kuberi sedikit rahasia mengapa kami menyukai hujan?
Karena setiap tetesnya yang jatuh adalah cerita di mana kami harus merasakan suka dalam duka, tawa dalam derita, dan bahagia dalam sengsara.”
Kubuka pintu kosan. Dan “Wushhhh”, angin pagi meniup tubuhku. Melewatiku dan hanya meninggalkan rasa dingin yang luar biasa. Angin itu lalu berhambur pergi. Meliuk-liuk, berputar, lalu mencari objek penindasan lainnya. Hujan masih sangat lebat. Tidak ada tanda-tanda hujan akan segera reda. Entah bulan berapa pula sekarang. Yang aku tahu sekarang baru minggu ketiga aku menjalani semester ketiga kuliahku. Butir-butir air sudah jatuh, menyerbu bumi ini jauh sebelum adzan shubuh berkumandang.