Sherly Seeker - The Mortal Demon

Eliase Alfarz
Chapter #1

Sherly & Si Jago Merah

SESAK, GELAP, MENCEKAM. Pria tua itu merangkak mundur setelah kaki yang ia gunakan terluka dalam karena pisau. 3 pelayan yang tinggal di rumahnya pun kini tergeletak tak berdaya di belakang sosok dengan pakaian gelap di hadapan. Ganendra, sosok tua yang sudah mengeluarkan banyak keringat itu hanya bisa meneguk ludah kasar saking takutnya. Perlahan, hanya dengan tangan ia menarik tubuh lemasnya menjauh. Berusaha menghindari sang pencabut nyawa yang tersenyum lebar melihat usahanya yang sia-sia.

"Maafkan aku! Aku mohon! Aku akan melakukan apa pun! Jangan bunuh aku! Aku tidak tahu apa kesalahanku padamu! Tapi aku tahu aku salah! Ampuni aku!!!" mohon Ganendra dengan air mata yang mengalir di ujung kedua mata miliknya.

Kalimat maaf dan ampunan yang sudah ia ucapkan berkali-kali pun seakan tak ada guna. Sosok seram di hadapan itu masih tetap berjalan pelan mendekati dirinya. 2 penjaga yang menghilang, 3 pelayan yang tergeletak tak berguna, juga keluarganya yang asyik tertidur nyenyak di kamar, ia benar-benar sial.

"Kau memiliki banyak waktu untuk memperbaiki kesalahanmu padaku, Ganendra. Kenapa tidak memohon ampun dari awal?" sosok itu menjawab dingin. Sangat dingin hingga berhasil membuat bulu kuduk Ganendra berdiri saat mendengarnya.

"Aku tahu aku salah! Aku tidak mau mati! Aku mohon maafkan aku! Akan aku lakukan apa pun! Aku janji! Aku akan menyerahkan diriku besok! Jangan bunuh aku!" lagi-lagi Ganendra memohon. "Kau mau apa? Harta? Emas? Apa pun akan aku berikan! Jangan bunuh aku! Aku minta maaf!" lanjutnya.

Mata yang selalu tampak sombong kini hanya bisa memberikan tatapan memohon dengan derai air mata di pipi. Tak ada harapan untuknya, jika sosok itu mendekat 3 langkah lagi, ia akan benar-benar mati. Ganendra membungkuk, memohon memberikan sujud. "Aku akan berikan apa pun! Jangan membunuhku! Aku masih mau hidup! Akan kuberikan semua hartaku! Jangan bunuh aku!!" ocehnya. Tak mendapat respons, ia pun mendongak, menatap sosok yang sudah tersenyum lebar menatap wajah terkejutnya. "Kau..."

"Aku akan mendapat harta dan emasku sendiri saat kau sudah mati. Ganendra..."

***

Suara sirene mobil polisi dan ambulance kini terdengar saling bersahutan. Begitu berisik seolah berlomba dengan suara batuk warga. Jika saja suara ledakan besar itu tidak terdengar, kondisi tidak akan serumit saat ini. Di sana, rumah megah yang memiliki lahan luas dan dipagari tinggi dengan 1 akses masuk kini terbakar hebat. Tidak ada yang melihat para penghuni keluar bahkan meskipun kobaran api belum sebesar ini. Tak ada yang berani masuk hanya untuk menyelamatkan penghuni rumah. Lebih banyak dari mereka hanyalah warga yang melihat karena rasa penasaran.

Lihat selengkapnya