Sherly Seeker - The Mortal Demon

Eliase Alfarz
Chapter #3

Sherly & Tujuan Klien

🗓03 April 2024

DI DALAM RESTORAN MEWAH dengan interior klasik, juga hiasan lampu kekuningan yang cukup untuk penglihatan mata, Rayan dan Khadir menunggu cukup lama hanya untuk 2 jenis makanan yang mereka pesan. Jika steik bukanlah pilihan menu yang baik untuk makan siang, itu lebih baik daripada nasi Padang yang membuat perut Rayan mules semalaman. Hampir 2 jam ia berada di dalam toilet karena panas yang menerpa bagian belakangnya. Sangat malas mengingat kejadian paling tidak mengenakkan dalam hidupnya semalam.

Menyadari pelayan memberikan menu yang mereka pesan, Rayan pun mengangguk kilas sembari mengucap terima kasih hanya agar pelayan itu merasa dihargai. Steik daging sapi seharga 550 ribu rupiah, juga capcai spesial seharga 250 ribu rupiah itu pun tampak menggugah selera meskipun rasanya lebih enak di penjual kaki lima. Tak ingin berpikir tentang makanan lebih lama, ia pun memilih memakan makanannya di saat Khadir sudah memakan setengah capcai di piringnya.

Jam menunjukkan pukul 11.37 yang berarti ia memiliki cukup waktu untuk janji bertemu dengan Sherly Seeker. Kalau boleh jujur, ia benar-benar penasaran dengan alasan dibalik detektif itu sangat menghindari publik. Ia bahkan sempat menduga jika sosok Sherly hanya menjual ketenaran tentang kemisteriusan miliknya. Fakta yang mengatakan tidak ada orang yang tahu tentang kantor Sherly benar-benar gila. Mungkin selain polisi, paparazi adalah makhluk bodoh kedua yang berurusan dengan detektif misterius itu. Namun sialnya, ia kini malah terus menatap rumah makan Ramen di seberang jalan yang Khadir bilang bahwa itu adalah kantor seorang Sherly Seeker. Sungguh tidak masuk akal.

"Tell me Khadir. Are you sure that the Ramen shop is her office?" tanya Rayan, lagi. Total sudah 12 kali ia bertanya pertanyaan yang sama sejak duduk di kursi restoran beberapa menit lalu.

Khadir yang tengah asyik menyeruput kuah capcai pun kembali melihat Rayan memberi atensi. Ia mengangguk lagi dengan wajah pasrah, bosan menjawab pertanyaan yang sama sejak tadi. "Anda sudah bertanya berkali-kali Tuan. Sekretaris beliau mengatakan alamat yang sama setelah Anda menyuruh saya untuk menelepon dan memastikannya sekali lagi" jelas Khadir, "dia mengatakan kalau kantor Sherly Seeker berada di lantai dua," lanjutnya.

"I hope you didn't misread the address-"

"Apa Anda ingin mencari alamatnya sendiri Tuan?" sahut Khadir menahan kesal. Tak peduli setua apa pun umurnya, rasa sabar juga masih memiliki batas. Beruntung ia yang merawat Rayan selama ini, setidaknya berlaku kurang ajar sedikit pun sosok itu tidak akan memecat dirinya.

"That's no need. I believe in you!" balas Rayan dengan kekehan kecil. Pasalnya ia tak melihat satu pun orang yang berpakaian selayaknya detektif memasuki kedai ramen di seberang jalan. "I hope she's same as your expectations."

***

Di sebuah taman dengan bunga warna-warni di mana banyak orang tua mengajak anak mereka untuk piknik. Taman yang juga terletak tidak terlalu jauh dari kedai ramen yang berhadapan dengan restoran mewah. Terlihat satu onggok manusia tengah tertidur pulas di atas bangku taman dengan dengkuran halus yang keluar dari mulutnya. Dengan wajah yang tertutupi koran harian, pakaian compang-camping serba lebar yang terpasang di tubuh, penampilan aneh itu pun dilengkapi oleh sandal jepit penuh ukiran nama yang hampir lepas dari kaki. Sosok itu bahkan tak menyadari jika gelas kopi yang sudah dihabiskan sedari tadi kini terisi penuh dengan uang koin 500an di bawah bangku taman.

Terlalu nyenyak tidur, sosok itu juga belum menyadari jika di seberangnya, seorang pemuda berpakaian polisi duduk menatap lekat dirinya sejak 20 menit lalu. Melihat jarum jam tangan yang menunjukkan angka 12.45, polisi itu pun tersenyum jahil. Melihat tas plastik yang ia bawa sejak tadi, polisi itu mengambil minuman kaleng dingin yang sebelumnya ia beli di minimarket. Berjalan mendekat secara perlahan, ia pun menempelkan minuman dingin ke pipi sosok yang masih tertidur nyenyak tanpa gangguan di depannya.

"AAAAAAKHHH!!!!!!"

Sekejap, ia sadar bahwa apa yang dia lakukan benar-benar suatu kebodohan mutlak. Sesaat setelah minuman kaleng ia tempel kan, kaki sosok itu melayang mengenai rahangnya dengan cukup keras secara tiba-tiba. Belum berhenti sampai di situ, sosok yang semula terlihat tidur nyenyak kini malah memiting lehernya setelah membuat dirinya terjatuh, menghasilkan teriakan ampun dari mulutnya. Tidak bisa dipercaya, refleks manusia di belakangnya ini sangat luar biasa.

"Maaf! AAAAKH... SAYA MINTA MAAF!!!" teriaknya yang membuat mereka menjadi atensi banyak orang. Siapa yang tidak heran ketika melihat pengemis wanita memiting leher seorang polisi muda.

Mengenali suara orang yang mengganggu tidurnya, sosok dengan pakaian lusuh itu pun mendengus malas. Mendorong pemuda berpakaian polisi itu dan kembali duduk di bangku taman. "Aku tidak tahu kau bodoh atau memang tidak kapok karena aku pukul berkali-kali, Farraz," ucapnya. Mengambil kembali koran yang sebelumnya berserakan karena gerakan tiba-tiba yang ia keluarkan, sosok itu menutup kembali wajahnya menghindari sinar matahari terik di atas sana. "Apa yang kau inginkan?" lanjutnya bergumam pelan.

Lihat selengkapnya