Sherly Seeker - The Mortal Demon

Eliase Alfarz
Chapter #5

Sherly & Polisi

JAM MENUNJUKKAN PUKUL 07.25 saat Sherly turun dari sepeda kayuhnya di depan MFC (Magical Fried Chicken). Mengunci ban agar tidak hilang, ia pun masuk ke dalam bangunan penjual ayam goreng itu setelahnya. Tidak perlu mengedarkan pandangan, ia sudah tahu jika sosok yang menunggunya saat ini tengah duduk di meja pojok dekat jendela luar. Seperti yang sudah ia duga, pria tua itu tengah meminum air di dalam botol minuman keras yang selalu dia bawa. Di depannya pun sudah ada satu gelas cola yang es batunya mulai mengecil meskipun isinya masih penuh. Dengan langkah santai, ia pun duduk di hadapan pria tua itu.

"Ada apa?" tanyanya ketus tanpa basa-basi.

"Kau seharusnya menghormati orang yang lebih tua, Sherly. Harusnya kau yang menungguku datang, bukan aku yang menunggumu datang," ceramah inspektur Dan.

"Bukan salahku menyuruhmu datang 20 menit lebih awal," ketus Sherly setelah melihat es batu yang ada di dalam gelas cola, "kenapa tidak pesan sesuatu?" lanjutnya bertanya.

"Aku tidak suka ayam."

Memberikan senyum lebar dengan paksa, Sherly menarik gelas cola yang jelas itu dipesan untuk dirinya, "lalu kenapa membawaku kemari? Melihatku meminum cola?"

"Apa tuan muda itu memintamu menangani kasus keluarganya?" tanya inspektur Dan tanpa basa-basi.

"Wah, sudah berapa banyak orang yang tahu?" Sherly balas bertanya dengan nada sombong, tidak lupa menyeruput cola miliknya.

Mendengar itu, inspektur Dan menaikkan sebelah alisnya tertarik. Gadis muda ini benar-benar menguji kesabarannya. "Tanpa diberitakan pun semua orang berspekulasi sama," Inspektur Dan menjawab. Ia kembali meminum teh herbal di dalam botol minuman kerasnya.

"Apa kau ingin terlihat sekeren itu sampai menempatkan teh herbal di dalam botol minuman keras?" tanya Sherly.

"Anggap saja aku menggunakan botol ini agar bisa kumasukkan ke dalam saku celana" kesal Inspektur Dan, "aku mengajakmu bertemu hanya untuk mengatakan hal ini. Jangan mengajak Farraz dalam penyelidikanmu. Aku tahu kau suka menyuruh-nyuruh dia membawakan makan siang untukmu, Sherly. Farraz bukan pembantumu, dia bekerja untukku dan kepolisian-"

"Dia ingin menjadi anggota Reskrim, Inspektur Dan. Tapi kalian menyuruhnya mengawasi lalu lintas," sahut Sherly kesal.

Bukan rahasia lagi kalau Farraz memang ingin menjadi detektif polisi. Hanya saja ia ditempatkan di tempat yang membuatnya tidak tertarik. Hal itu juga yang menjadi penyebab kenapa Farraz suka sekali mengikutinya jika ia memiliki sebuah kasus. Sering kali ia bahkan mengajari Farraz tentang pengetahuannya. Atau terkadang pemuda itu akan tinggal di ruangan miliknya untuk membaca buku meskipun dirinya sendiri tidak berada di sana. Selain inspektur Dan, Farraz adalah orang ketiga yang mengetahui letak kantornya.

"Awalnya aku ingin menawari dirimu kerja sama tentang kasus ini. Tapi sepertinya kau tidak tertarik. Aku akan mengerjakannya sendiri. Dan jika kau mengajakku bertemu untuk hal yang tidak jelas seperti ini lagi, aku tidak akan datang," Terang Sherly.

"Ancam aku dan akan kubeberkan identitasmu, Sherly!"

Sherly yang sudah berdiri dan akan pergi pun berhenti setelah mendengar ucapan Inspektur Dan. Dengan senyuman remeh yang selalu ia tampilkan, ia menjawab, "Aku tidak takut inspektur. Beberkan saja identitasku, dalam satu malam media akan tahu semua tabiatmu," Balasnya.

Melihat inspektur Dan yang hanya diam terkejut tak merespons, Sherly menampilkan wajah kemenangan miliknya. Ia pun berlalu pergi tanpa basa-basi lagi. Hubungannya dengan inspektur Dan bukanlah musuh atau rekan. Mereka hanya saling merepotkan satu sama lain. Inspektur Dan yang selalu meminta teh herbal dari China atau mengganggu fokusnya, dan dirinya yang meminta orang itu menjelaskan kasus yang sudah selesai pada wartawan.

Sepeninggal Sherly, inspektur Dan yang masih agak shock dengan niat detektif muda itu hanya bisa duduk diam. Tidak menduga jika Sherly akan mengajak kepolisian untuk bekerja sama. Jika memang niat Sherly seperti itu, harusnya ia setuju agar publik tidak terlalu menilai buruk kepolisian. Dengan kesal, ia pun berlari keluar dari MFC dan mengejar Sherly. Beruntung detektif muda itu masih membuka kunci pada ban sepeda kayuhnya.

"Apa kau tidak punya cukup uang untuk membeli sepeda motor?" tanya inspektur Dan melihat betapa rumit hidup gadis di hadapannya ini, tidak lupa mengatur napas lelahnya.

"Apa menjadi polisi begitu santai hingga kau tidak kuat berlari dengan jarak sedekat itu?" balas Sherly ketus yang membuat Inspektur Janardana menatap tajam ke arahnya, "Kenapa menyusulku? Berubah pikiran?" imbuhnya dengan nada mengejek.

Lihat selengkapnya