Sherly Seeker - The Mortal Demon

Eliase Alfarz
Chapter #8

2 Orang Penting

🗓08 April 2024

SEPERTI YANG SUDAH IA KATAKAN sebelumnya, kasus yang ia tangani di Sumatera benar-benar sepele. Ia bahkan menyelesaikan masalah kliennya dalam 3 jam setelah duduk di sofa ruang tamu milik sang klien. Terima kasih pada Jeni yang dengan mudah melakukan hack pada kamera CCTV, ia bisa menemukan bukti perselingkuhan dari suami wanita itu dalam sekejap. Meskipun bayaran yang ia terima tidak sebanyak yang biasa ia dapat, setidaknya mendapat fasilitas liburan di Sumatera menggunakan dana dari nyonya besar itu cukup menguntungkan. Ia bahkan tak jarang akan tinggal selama 3-5 hari setelah kasus yang ia tangani selesai. Jangan tanya kenapa, jelas ia sangat menikmati liburan di berbagai tempat tanpa harus khawatir dengan uang.

Lihat saja, saat ini ia tengah berjemur santai di pantai Tanjung Tinggi dengan earphones yang terpasang di telinga kirinya. Tidak, bukan untuk mendengarkan musik. Yang ia dengar saat ini adalah sesi interogasi yang dilakukan Jeni dan Janardana terhadap Damar Umbara. Sialnya, ia tidak ada di sana untuk memukul kepala botak Janardana setelah mendengar pertanyaan aneh Inspektur kepala licin satu itu.

Di sisi lain dari Sherly yang tengah kesal dengan Janardana, sang Inspektur botak itu justru tertawa ringan menanggapi lelucon bapak-bapak yang di keluarkan oleh Damar Umbara. Memang Damar Umbara bukanlah tersangka, namun kehadirannya memberikan informasi sangat penting untuk kemajuan penyelidikan. Melihat Jeni yang sudah tersenyum tipis mematikan di sebelah, Janardana pun memilih diam dan berdeham singkat untuk mengembalikan suasana serius di sekitar.

"Pak Damar, untuk pertanyaan saya sebelumnya, apa bisa Anda jawab sekarang!?" Seru Jeni masih dengan senyum tipis miliknya.

"Oh tentu. Sebelum saya pergi ke Bali, saya sempat bertemu dengan Ganendra di kantor pemerintahan. Dia bilang, anaknya yang dulu ia buang akhirnya akan kembali pulang. Dia memberitahu saya tentang acara makan malam untuk menyambut anaknya itu. Wajahnya terlihat senang, tapi juga takut. Mungkin lebih ke arah khawatir. Anehnya, anak yang dia buang harusnya nak Rayan, tapi justru nak Rayan pulang dari New York 2 hari setelah insiden itu terjadi. Padahal saya jelas mendengar kalau anaknya sudah pulang sejak tanggal 28 Maret. Dan acara makan malam untuk menyambut anaknya kembali seharusnya memang 1 April, saat insiden itu terjadi." jelas Pak Damar.

"Almarhum Ganendra masih bercerita banyak hal pada Anda meskipun hubungan kalian tidak terlalu baik?" Jeni kembali bertanya, pasalnya Ganendra dan Damar selalu saja terlibat masalah hingga publik pun berasumsi jika hubungan 2 menteri itu tidak baik.

"Tidak terlalu baik? Hubungan saya dan Ganendra justru sangat baik. Memang terkadang ada masalah yang terjadi. Tapi kami berdua selalu mengatasi masalah tersebut dengan baik. Saya bahkan merasa sedih atas kematian beliau."

Jeni tersenyum tipis sembari mengangguk-anggukan kepalanya. Jelas sekali jika Damar Umbara kini berbohong. Dan tugas yang akan diberikan Sherly selanjutnya pastilah untuk menyelidiki tentang kebohongan yang diucapkan Damar Umbara. "Apa tidak ada informasi lain yang bisa Anda berikan mengenai Pak Ganendra pada kami?" Jeni kembali bertanya.

"Ada. Ganendra menyimpan dokumen tentang segala jenis korupsi yang dilakukan oleh para menteri lainnya. Meskipun bukan saya, jelas anggota lain mungkin menjadi dalang dari insiden yang terjadi-"

"Saya sudah mengkonfirmasi bahwa itu tidak mungkin terjadi, Pak. Dan lagi, apa Anda juga termasuk dari salah satu menteri yang ada dalam daftar Almarhum?" Jeni bertanya dengan senyuman lebar, menunjukkan bahwa ia tengah bercanda.

"Tentu saja tidak! Saya ini justru ingin mengungkap kebenaran dari catatan yang disembunyikan tersebut. Sayangnya, catatan itu sepertinya sudah terbakar habis bersama dengan pemiliknya," sahut Pak Damar Umbara dengan senyum kikuk yang terpampang.

Memilih mengeluarkan tawa ringan, Jeni pun berdiri sembari mengulurkan tangannya. "Terima kasih atas kerja sama yang Anda lakukan, Pak Damar. Anda boleh keluar sekarang!" serunya ketika Damar Umbara membalas uluran tangannya.

Sepeninggal Menteri Dalam Negeri tersebut, Jeni kembali fokus mengetik sesuatu di laptopnya. Sementara Janardana sibuk berpikir dengan punggung yang ia sandarkan ke kursi. "Jam berapa janji temu dengan Rachmawati Putri hari ini?" tanya Janardana mengingat Damar Umbara saja telat 30 menit untuk sesi Interogasi.

Lihat selengkapnya