Sherly Seeker - The Mortal Demon

Eliase Alfarz
Chapter #9

Saudara & Orang Terpercaya

🗓09 April 2024

JANARDANA DIAM, begitu juga Jeni. Setelah menginterogasi Damar Umbara, menteri Dalam Negeri dan Rachmawati Putri yang sempat menjadi wakil menteri Keuangan (Ganendra), kini mereka berdua harus menginterogasi dua orang lagi hari ini. Yang pertama sekaligus sudah ada di hadapan mereka ialah Abbas Syahputra, adik kandung dari Almarhum Ganendra yang anehnya tinggal selama satu minggu di hotel yang ada di kota Jakarta.

Wajah yang mengerut marah, kaki yang tidak bisa berhenti mengetuk lantai, hingga mata yang menatap mereka tajam. Inspektur Janardana bahkan merasa malas berurusan dengan adik kandung korban satu ini. "Jadi, seperti yang sudah saya tanyakan sebelumnya. Anda menginap di hotel selama 1 minggu hanya untuk menunggu acara makan malam keluarga yang diadakan almarhum?" tanya Inspektur Dan dengan helaan napas pasrah di akhir.

"Aku menginap di Jakarta 4 hari lebih awal dari acara makan malam karena ada urusan! Dan aku menetap lagi lebih lama karena tahu kalian pasti akan memanggilku sebagai tersangka!" ketus Abbas Syahputra masih dengan raut wajah marah yang terpampang. "Daripada aku kembali ke Bandung, kemudian kembali lagi ke Jakarta untuk di interogasi. Lebih baik aku menetap lebih lama di Jakarta. Toh istri dan putriku yang masih kecil sedang mengunjungi anak laki-lakiku di Jawa Timur, Malang. Apa itu tidak masuk akal juga!?" imbuh Abbas meningkatkan nada bicaranya.

"Lalu, kenapa kami tidak boleh mengetahui urusan Anda 4 hari lebih awal di Jakarta itu?" Inspektur Dan kembali bertanya dengan sabar.

"Karena itu tidak penting-"

"Pak Abbas, apa Anda mengunjungi anak dari almarhum yang sempat dia buang?" Jeni menyahut tanpa basa-basi.

Mendengar wanita pirang berkacamata di hadapan yang tiba-tiba menyela ucapannya, Abbas Syahputra pun naik pitam. "Anak apa!? Jelas-jelas anak yang dia buang ada di New York saat insiden terjadi! Kalian ini bicara apa sih!? Kenapa malah kalian yang bicara tak masuk akal begini!?" marahnya. "Dengar! Aku memang senang saat kakakku mati dilahap api, tapi bukan aku pelakunya! Lalu mengenai anak yang dia buang, satu-satunya anak yang ia telantarkan hanyalah Rayan!" ia menambahkan.

"Apa Anda sebenci itu pada almarhum kakak kandung Anda sendiri?" tanya Jeni dengan senyum ramah.

"Kakak!? Aku tidak akan memiliki niat untuk membunuhnya 2 tahun lalu jika dia memang kakakku! Kenapa!? Terkejut!?" Abbas Syahputra menyahut. "Aku pernah memiliki niatan untuk membunuhnya ketika dia mengadakan liburan keluarga di kapal pesiar! Setidaknya jika aku melakukan itu, semua orang akan menganggap dia mati karena jatuh dari kapal dan dimakan oleh hiu di lautan!"

"Pak Abbas, tanpa mengurangi rasa hormat. Salah satu informan kami mengatakan jika almarhum memiliki anak angkat-"

"Tidak ada! Anak angkat apa!? Dia hanya punya 3 anak dan 2 lainnya mengikuti jejak ayahnya di Neraka! Kau puas!? Aku sudah memberikan informasi yang membantu! Apa aku sudah boleh pulang sekarang!?" Sahut Abbas, tidak membiarkan Jeni menyelesaikan kalimatnya.

Tidak ingin membuat masalah lebih, Jeni dan Inspektur Janardana pun setuju untuk mengakhiri sesi interogasi Abbas Syahputra. Bahkan setelah pria tua dengan rambut sedikit beruban itu pergi meninggalkan ruangan, Janardana menghempaskan punggungnya ke kursi sembari mengeluarkan napas panjang. "Informasi membantu apanya!? Yang dia lakukan sejak awal hanya menyangkal saja!" geramnya yang di angguki oleh Jeni.

"Setidaknya kita tahu satu hal, Inspektur. Pihak keluarga memilih untuk merahasiakan keberadaan anak angkat itu. Fakta lainnya lagi adalah, Abbas Syahputra memang benar mengunjungi anak itu di 4 hari awal kedatangannya ke Jakarta!" balas Jeni dengan senyuman manis.

"Ternyata berguna juga menginterogasi tersangka dengan mahasiswa lulusan psikologi." puji Inspektur Janardana yang menghasilkan tawa ringan dari Jeni. "Lalu, mengenai niatnya membunuh Ganendra 2 tahun lalu, apa itu benar?" tanya Inspektur menambahkan.

"Aku tidak melihat kebohongan ketika dia mengatakan hal itu. Dan lagi, sepertinya dia pun menyayangi anak yang dimaksud hingga membuka niat jahatnya 2 tahun lalu untuk melindungi keberadaan anak angkat tersebut," Jelas Jeni. Melihat singkat jam tangan di lengannya, ia pun menutup laptop dan mengemas barangnya. "Untuk sesi interogasi Khadiran nanti, anda bisa melakukannya dengan Sherly sendiri." ucap Jeni. Melihat raut malas yang di keluarkan oleh Inspektur Dan, Jeni hanya tersenyum tipis ketika mengetahui alasannya.

***

Tak butuh waktu lama hingga Sherly datang ke kantor kepolisian untuk menginterogasi Khadiran. Meskipun mustahil pria tua itu menjadi tersangka, namun ia adalah satu-satunya orang yang dipercaya oleh korban. Bahkan tak jarang, orang yang justru paling dipercaya adalah orang yang paling mudah mengkhianati orang lain.

Janardana bahkan sudah tersenyum manis mengatakan agar Sherly lebih baik istirahat daripada mengikuti sesi Interogasi Khadiran. Namun mengingat kepala wanita muda itu yang sama kerasnya dengan batu, Inspektur Janardana memilih menyerah. Ia bahkan memohon agar Jeni saja yang melakukan Interogasi dengannya. Bukan karena ia tidak suka dengan Sherly, tapi cara Sherly menginterogasi seseorang benar-benar di luar ekspetasinya. Lihat saja sendiri bagaimana dia melakukan sesi interogasi.

Menyesap es teh yang diberikan oleh Farraz, Sherly pun tersenyum tipis menatap Khadir yang juga membalas senyumannya. "Aku tahu jika almarhum Ganendra memiliki anak lain selain 3 yang kita tahu. Dan acara makan malam itu jelas bukan diadakan untuk Rayan. Bisa kau beri tahu aku tentang anak itu?" ucapnya tanpa awalan sopan seperti yang biasa dilakukan Jeni.

Menggeleng pelan, Khadir pun menjawab. "Jika urusan keluarga pribadi Pak Ganendra, anda seharusnya bertanya pada tuan Rayan. Saya tidak bisa mengkhianati almarhum dengan membuka seluruh aib yang beliau punya."

Lihat selengkapnya