Sherly Seeker - The Mortal Demon

Eliase Alfarz
Chapter #11

Serangan Tengah Malam

MELEPAS HELM SETELAH memarkir sepeda motor di tempat parkir rumah susun murahnya, Farraz pun mencabut kunci dan berjalan malas menuju tempat ia tinggal. Melihat kedekatan Sherly dan Rayan benar-benar membuatnya kesal bukan main. Ia tahu ia menyukai gadis itu, entah sebagai adik atau wanita, Farraz tidak peduli. Lagi pula selama 3 tahun ia yang sering memperhatikan Sherly, selain Jeni tentunya. Gadis itu benar-benar seperti anak kecil yang berbuat seenaknya tanpa mau tahu dengan risiko yang dihadapi setelahnya. Ia tahu, Sherly akan dengan mudah mengeluarkan uang hanya agar masalahnya selesai. Namun bagaimana pun juga, tanpa dirinya dan Jeni, Sherly pasti sudah kesulitan sendiri sekarang.

Banyak yang sudah ia korbankan setiap kali berurusan dengan Sherly. Entah itu kepercayaan atasannya, hingga lalu lintas yang ia tinggal hanya untuk memberi gadis itu makan siang. Mengharap feedback dari gadis itu pun rasanya percuma. Farraz berterima kasih atas bantuan Sherly yang membuatnya bisa masuk menjadi anggota Reskrim. Namun selain itu, ia tidak pernah merasakan apresiasi dari gadis itu tidak peduli seberapa keras ia berusaha. Ia bahkan yakin, kerja sama antara Sherly dan kepolisian tidak seterbuka itu. Detektif genius itu jelas masih menyembunyikan banyak hal mengenai fakta kasus yang mereka garap.

"Sialan, tidak peduli seberapa baik aku pada dia, otak miliknya itu tak pernah peduli dengan hal lain selain misteri!" umpatnya setelah menutup pintu rumah. Melempar asal jaket yang baru ia lepas, Farraz pun lanjut menuju kamar mandi hanya untuk membersihkan diri.

Sherly itu egois, tidak memiliki empati dan simpati, ia juga tidak memiliki sopan santun dan sering kali bersikap seenaknya. Tidak peduli meskipun orang yang ditemui olehnya adalah presiden, sikap Sherly tak akan berubah sopan. Keberanian dan rasa percaya dirinya memang harus di acungi jempol meski tidak tahu tempat. Tidak ada yang tidak ia tahu tentang gadis itu. Pencinta junkfood yang hobi memakai sepeda kayuh, malas memakai sepatu dan memilih menggunakan sandal jepit 15 ribuan meskipun pakaiannya seharga 5 jutaan. Ia bahkan tahu kebiasaan Sherly memainkan bibir setiap kali otak hebat itu berpikir.

Selesai dari acara mandinya, Farraz pun keluar dengan hanya handuk tersampir di pinggang. Memakai celana tanpa peduli dengan tubuh bagian atasnya, ia pun merebahkan diri ke kasur kecil yang ia punya. Tidak lupa mengambil laptop yang tersimpan di dalam ransel, ia pun membuka email yang diberikan Jeni setiap kali mereka selesai melakukan sesi interogasi.

"Arayan Putra Ganendra, 26 tahun, ukuran sepatu 42- sama seperti jejak sepatu yang diduga milik pelaku rupanya. Pemilik bar terbesar di New York, tidak heran. Bahkan meskipun dia ditelantarkan, tidak mungkin ia mengumpulkan uang dengan mengemis," gerutu Farraz sembari membaca data diri Rayan. Tidak ada yang menarik di sana, Farraz bahkan merasa dokumen tentang Rayan tidak begitu penting. Malas melanjutkan kegiatan, ia memilih menutup laptopnya asal.

"Sherly selalu menyimpan informasi penting sendiri. Kepolisian hampir tidak memiliki petunjuk apa pun, mungkin itu alasan kenapa aku merasa penyelidikan tidak berkembang jika Sherly tidak ikut serta," gerutunya. Mulai memikirkan ide gila, Farraz pun bangun dari tidurnya.

Mengingat Sherly yang mendapatkan petunjuk dengan pergi sendirian ke TKP tak peduli jam berapa, Farraz pun ingin mencoba. Tanpa menunggu lama, ia memakai mantel panjang yang biasa ia pakai. Menggunakan sandal dan keluar dari apartemen sederhana yang ia tinggali. Malam semakin larut, meskipun begitu jalanan kota Jakarta tak ada sepi-sepinya sama sekali. Bahkan tak sedikit pasangan yang masih berkencan di bawah lampu malam.

Jarak antara TKP dan apartemennya tak begitu jauh hingga mengharuskan ia memakai sepeda motor. Seperti yang sering dikatakan oleh Sherly, lebih baik mendoakan fosil daripada memanfaatkannya. Dinosaurus pun tak ingin jasadnya digali dan di manfaatkan seenaknya oleh manusia. Entah ia yang bodoh atau penjelasan Sherly yang masuk akal, ia percaya saja. Hanya butuh berjalan 35 menit hingga ia sampai di TKP. Gelap, dan garis polisi pun masih ada. Tak sedikit ia melihat postingan mengenai anak muda yang melakukan aksi jurit malam untuk konten di sini. Meskipun mereka tidak sampai masuk dan hanya merekam tanpa melalui gerbang.

Lihat selengkapnya