Sherly Seeker - The Mortal Demon

Eliase Alfarz
Chapter #13

Hitam Di Atas Putih

🗓12 April 2024

MENGINGAT SHERLY YANG tengah pergi ke Bali mengurus kasus pemerkosaan. Kini giliran Jeni yang memimpin rapat di ruangan detektif muda itu. Di sofa sudah duduk inspektur Janardana bersama Farraz yang hanya diam menatap heran dirinya. "Sherly saat ini tidak ada di tempat. Aku mengirimnya ke Bali untuk liburan. Jadi, aku yang akan membahas kasus bersama kalian berdua," serunya. Mengambil 2 lembar kertas yang sudah berisi tulisan perjanjian kerja sama, ia menyerahkan masing-masing satu lembar pada Farraz dan inspektur. "Tanda tangani sekarang juga! Mungkin kesalahan Sherly mengajak kalian bekerja sama tanpa menggunakan surat perjanjian seperti yang aku usulkan." imbuhnya dengan nada malas. Jujur saja, ia tak habis pikir dengan tindakan Sherly semalam. Melempar Inspektur dengan Vas, bahkan mengirim detail kontrak tepat sebelum ia berangkat ke Bali pagi tadi.

Membaca baris demi baris tulisan, mata inspektur Dan makin melebar. "Apa-apaan ini!? Pihak kepolisian dilarang mengatur segala rencana Sherly untuk mendapatkan bukti? Kau tahu kalau bukti ilegal akan ditolak di pengadilan!" seru inspektur Dan.

"Baiklah, kalau begitu gunakan saja bukti legal yang kau temukan. Sherly sendiri bilang jika pihak kepolisian tak setuju, ia tak ingin membagi hal yang ia tahu," balas Jeni dengan senyum tipis. "Aku sih tidak keberatan dengan idenya. Lagi pula yang akan lebih banyak membantu kasus adalah pihak kami, bukan kalian. Yang perlu kalian lakukan hanyalah mendapatkan izin atas bukti ilegal yang kami temukan!" lanjut Jeni.

"Tidak menyebar luaskan identitas asli Sherly, dilarang menyembunyikan informasi mengenai perkembangan kasus, Menjadikan Sherly kepala penyidik dalam kasus- Kenapa semua hanya berisi keuntungan di pihaknya saja?" protes inspektur Dan.

"Apa kepolisian membutuhkan hal lain selain memperbaiki citra publik?" tanya Jeni dengan nada dingin. "Jika kau tidak menyetujui perjanjian kerja sama dari Sherly, itu tidak akan masalah. Lagi pula setelah pengamatanku beberapa hari terakhir, kau tidak membantu apa-pun inspektur. Hanya Farraz yang bekerja ke sana kemari bersama Sherly. Aku jadi curiga apa memang pekerjaanmu hanya memeras rakyat," terang Jeni tanpa rasa takut.

Menatap tajam wanita berumur 30 tahunan di hadapannya, inspektur Dan meremas kertas yang ia pegang. Tak peduli meskipun kertas yang berisi keterangan perjanjian itu kusut. "Bos dan sekretaris sama saja!"

"Pardon?" sahut Jeni. "Apa aku salah? Dari semua berita yang ada di media sosial, kepolisian tak akan mau menanggapi rakyat jika tidak dibayar, atau viral. Berita di televisi? Oh c'mon, semua itu hanya pencitraan kan?" lanjutnya. Bukan tanpa alasan ia mengatakan hal seperti itu. Dulu, ia pun pernah kesusahan dan meminta bantuan polisi. Di-mana adik laki-lakinya hampir saja mati gantung diri karena di bully. Apa yang dikatakan polisi ketika ia melaporkan hal itu? Benar sekali, damai saja dengan pelaku pembullyan. Beruntung ia bertemu gadis muda genius yang mau membantunya. Siapa lagi jika bukan Sherly.

"Aku bukan polisi seperti itu-"

"Yang benar?" sela Jeni dengan nada menggoda. "Aku tidak mau membuang waktu lebih lama lagi. Jika kalian tidak mau tanda tangan, maka kerja sama ditiadakan. Dan Sherly akan meminta kembali bukti yang ia temukan sebelum membuatmu bersujud di hadapan publik" terangnya dengan senyum manis. Memang sulit mengajak polisi berkompromi, mengingat kepala mereka sama kerasnya dengan batu.

Seolah tak punya pilihan lain, yang bisa inspektur Janardana lakukan hanyalah menandatangani surat perjanjian kerja sama yang diberikan Jeni. Begitu juga Farraz yang menurut meskipun di dalam surat perjanjian terdapat 1 kalimat yang sangat merugikan dirinya. Meskipun begitu, ia tak mengambil pusing kalimat yang dari tadi memutari otak, mengingat apa saja yang sudah dilakukan Sherly untuknya. "Lalu, setelah menandatangani surat ini?" tanya Farraz.

Mendengar itu, Jeni pun membalik papan tulis kayu yang sebelumnya berisi tempelan koran yang di sobek Sherly menjadi papan berisi segala catatan perkembangan kasus pembunuhan keluarga Ganendra. "Kita akan membahas ini!" serunya.

Takjub, inspektur Janardana juga Farraz pun berdiri dan berjalan mendekat ke arah papan. Menatap semua perkembangan luar biasa yang disimpan oleh Sherly. Benang-benang merah yang banyak tertuju ke arah Haris Ardiansyah, juga informasi lengkap dari semua pelaku. Tak ada yang terlewati sedikit-pun di sana. Sangat masuk akal kenapa Sherly bersih keras mengatakan bahwa Haris Ardiansyah adalah pelaku. Namun di ujung papan pun terdapat foto mengenai pria yang menyerang Farraz ketika berada di TKP. Meskipun tidak jelas karena di ambil dari sudut pandang CCTV jalan.

Lihat selengkapnya