🗓13 April 2024
TURUN DARI SEPEDA KAYUH yang ia sewa untuk beberapa hari, Sherly pun disambut ramah oleh keluarga besar klien yang meminta bantuannya. Meskipun ia sering pergi ke Bali, namun baru kali ini ia ke pulau indah itu untuk mengusut sebuah kasus. Melihat betapa besar tanah yang di kelilingi oleh penyeker setinggi 150cm itu, Sherly hanya bisa tersenyum manis mengetahui berapa kisaran kekayaan yang dimiliki keluarga Pak Komang.
"Mari masuk, biar anak saya yang mengurus sepeda anda," ucap Pak Komang dengan raut wajah tak menentu. Pasalnya, siapa yang tidak bingung jika detektif genius yang terkenal kaya itu akan datang dengan hanya mengendarai sepeda kayuh sewaan. Belum lagi pakaian serba kebesaran dengan warna yang tidak menyatu sama sekali. Beruntung sekretaris beliau mengatakan jika detektif Sherly Seeker merupakan detektif dengan gaya berpakaian yang unik. Jika tidak, sudah dari tadi Pak Komang akan menyuruh penjaga untuk mengusir sosok perempuan tersebut.
Membiarkan keponakannya mengurus sepeda kayuh yang digunakan Sherly, Pak Komang pun mengajak detektif muda tersebut menuju ke Bale Dauh sekaligus menyuruh sang istri untuk setidaknya membuatkan tamu mereka minuman juga makanan ringan. Pak Komang bahkan menjelaskan beberapa bagian dari rumah keluarga besarnya. Di mana putrinya tidur, bangunan tempat kakak dan adiknya tinggal, hingga rumah kecil tempat anjing mereka tidur.
Hingga keduanya sampai di Bale Dauh, Sherly tersenyum ramah melihat keluarga besar Pak Komang yang sudah berkumpul menunggu kehadirannya. 2 pria paruh baya yang ia yakini adalah kakak Pak Komang, 3 pemuda yang duduk santai di pinggiran Bale Dauh yang sudah jelas anak laki-laki dari Pak Komang dan 2 saudaranya, hingga 1 perempuan muda berusia 19 tahun yang hanya duduk tertunduk melihat kedatangan Pak Komang. Jelas sekali jika perempuan muda itulah yang menjadi subjek pembahasan mereka selanjutnya.
"Silakan duduk detektif. Maaf jika sambutan saya kurang memuaskan," ujar Pak Komang mempersilahkan Sherly duduk tepat di sebelahnya.
"Tidak masalah. Lagi pula tidak mungkin anda mengadakan parade hanya untuk menyambut saya. Pie susu dan kopi saja sudah cukup memuaskan bagi saya!" Sherly membalas ramah, tak lupa mengambil pie susu yang sudah ada di hadapannya. Memuji cita rasa khas Bali tersebut, ia pun tertawa ringan ketika beberapa orang di sekitar ikut tertawa pada komentar yang ia keluarkan. "Lalu, saya tidak bisa basa-basi terlalu lama. Bisa anda jelaskan lagi permintaan yang anda bicarakan dengan sekretaris saya di telepon?" Sherly berucap.
Seketika, senyuman yang sebelumnya tertera di bibir anggota keluarga besar itu pun menghilang dalam sekejap. Bahkan beberapa dari mereka menunduk sembari saling melirik. Beberapa bisikan pun terdengar, berkomentar tentang kelancangan seorang Sherly Seeker yang langsung menanyakan inti kasus tanpa berbincang ringan lebih lama.
Menyadari suasana dingin di antara keluarganya, Pak Komang pun berdeham singkat guna mengambil atensi semua orang. "Sebelum itu, akan saya perkenalkan keluarga saya terlebih dahulu. Dia adalah kakak tertua saya, namanya Pak Wayan. Dia ini punya dua anak, yang pertama itu Bisma, dan yang kedua Ranti. Ranti sudah menikah lama, jadi dia ikut dengan suaminya," jelas Pak Komang sembari menunjuk pria paruh baya berkumis tebal dan pemuda berusia 27 tahunan yang tengah tersenyum manis menyapa.
"Kakak kedua saya namanya Pak Kadek. Dia punya dua putra, Mahesa dan yang satu itu nak Aditya," Pak Komang melanjutkan. Menunjuk ke arah pria paruh baya botak dan dua laki-laki yang kini saling membenturkan gelas berisi kopi secara perlahan. "Sedangkan saya punya satu putri tunggal, namanya Jayanti," imbuhnya. Melihat detektif muda yang mengangguk-anggukkan kepalanya paham, Pak Komang pun tersenyum tipis memuji.
"Jadi, anda meminta bantuan saya untuk Jayanti?" Sherly bertanya. Sebelum akhirnya merutuki diri sendiri karena menanyakan hal yang sudah ia tahu jelas jawabannya. Melihat anggukan Pak Komang, ia pun melanjutkan. "Bisa anda jelaskan secara rinci dari awal?"