Sherly Seeker - The Mortal Demon

Eliase Alfarz
Chapter #15

Sepah Yang Dibuang

🗓14 April 2024

JAM MENUNJUKKAN PUKUL 3 sore ketika mobil Audi R8 itu berhenti tepat di depan kantor kepolisian. Seolah tahu siapa pemiliknya, Jeni yang sudah menunggu di depan kantor pun berjalan mendekat membukakan pintu mobil tersebut. Dengan senyum hangat menyapa, ia pun meminta agar sosok yang baru saja keluar dari mobil untuk mengikutinya.

"Apa Sherly juga akan berada di sini?" sosok itu bertanya dengan suara bass yang begitu khas.

"Tidak, Tuan. Saat ini Sherly berada di Bali untuk mengusut kasus pemerkosaan," Jeni pun menjawab singkat. Selalu saja, setiap orang yang mereka interogasi pasti bertanya tentang Sherly. Tidak heran, pasalnya daripada bertemu presiden, lebih banyak orang yang ingin melihat Sherly secara langsung. Bahkan pemuda tampan di sampingnya ini pun tetap menanyakan keberadaan Sherly setelah ia bertemu dengan gadis genius itu.

"Mengurus kasus pemerkosaan? Dia juga mengurus kasus sepele seperti itu? Lalu bagaimana dengan bayaran tinggi yang biasa ia terima?" Tanya pemuda itu lagi.

"Atasan saya tidak selalu mencari bayaran tinggi, Tuan. Tapi bagaimanapun juga, tujuan utama Sherly ke Bali adalah untuk membuang penatnya. Ia mengusut kasus hanya untuk mendapat fasilitas lebih seperti biaya hotel atau Villa gratis," jelas Jeni panjang lebar.

"Dia sepertinya memang pintar memanfaatkan sesuatu," sosok itu menjawab asal, menimbulkan tawa pelan dari wanita pirang di sampingnya. "Jika di pikir lagi, bukankah atasanmu itu terlalu akrab dengan tersangka jika dilihat dari fakta bahwa dia seorang penyidik?" imbuhnya.

"Sherly percaya bahwa metode yang ia gunakan itu ampuh. Lagi pula ia tidak selalu akrab dengan semua tersangka," Jeni menjelaskan. "Anda hanya perlu menjawab pertanyaan yang ditanyakan. Sherly juga meminta saya untuk memberitahu anda tentang kasus Alice yang harus tetap disembunyikan."

"Aku tahu, aku juga tidak ingin membahas lebih tentang Alice."

Tersenyum tipis, Jeni pun membukakan pintu ruang interogasi. Mempersilakan sosok yang ditetapkan Sherly sebagai tersangka utama untuk masuk ke dalam ruangan. Melihat Inspektur Janardana bersama Farraz yang menyambut dirinya dan Haris Ardiansyah dengan ramah, mereka berempat pun pada akhirnya duduk di 4 kursi yang saling berhadapan dengan meja kayu sebagai pembatas.

"Terima kasih sudah datang, tuan Haris Ardiansyah. Maaf jika harus merepotkan anda dengan datang kemari hari ini!" Inspektur Dan memulai pembicaraan mereka.

Mengangguk pelan, Haris Ardiansyah pun menjawab, "Tidak masalah, lagi pula jika aku menghindar, kalian hanya akan semakin curiga. Sherly mengatakan padaku jika aku adalah tersangka utama. Boleh aku bertanya kenapa? Gadis genius itu tidak mau memberitahuku sama sekali," ucapnya tenang.

Tidak pernah Inspektur Janardana menghadapi seseorang setenang ini sebelumnya. Bahkan Arayan Putra Ganendra pun terlihat ragu dan sedikit gugup saat ia di interogasi. Meskipun jelas sekali jika tuan muda kaya raya itu menyembunyikan rasa gugupnya. Inspektur Janardana pun berdeham singkat hanya untuk membersihkan tenggorokannya. "Saya akan memberikan jawaban atas pertanyaan anda setelah sesi interogasi selesai," ucap Inspektur Dan dengan senyum hangat. "Mungkin Sherly sudah mendapat banyak informasi dari anda, mengingat detektif itu selalu menemui tersangka lebih dulu sebelum sesi interogasi dilakukan. Hal pertama yang ingin saya tanyakan adalah, Apa benar anda anak angkat almarhum Pak Ganendra?"

Lihat selengkapnya