Akhirnya Icha menolak ajakan Dhea untuk dikenalkan pada Aldi. Bukannya tidak mau, tapi dia merasa tidak perlu. Setidaknya untuk saat ini. Baginya hanya mengenalnya saja walaupun dari jauh itu sudah cukup. Icha menikmati perannya sebagai pengagum rahasia.
“Biarkanlah mengalir bersama waktu .…” begitu jawaban Icha kemarin yang membuat Dhea tertawa lagi karena kepolosannya.
Namun beruntungnya ternyata prinsip Icha benar-benar terwujud. Saat rapat koordinasi pada hari Sabtu, Icha mempunyai kesempatan untuk melihat Aldi lebih dekat karena hari itu yang diutamakan adalah seksi acara dan artistik panggung terlebih dulu agar bisa menyusun konsep anggaran dana yang dibutuhkan. Setelah seksi acara selesai membuat konsep acaranya, ArtDcore (sebutan gaul untuk anak artistik) yang dikoordinatori oleh Dimas, mulai pembagian tugas.
“Bro dan sis semua … cie ... tadi kan kita udah pada kenalan. Jadi mulai sekarang, kita adalah satu teamwork yang harus saling bantu. Kalau gitu kita mulai aja ya, bagi-bagi tugasnya?”
ArtDcore ini terdiri dari 10 orang yang berasal dari berbagai jurusan dan angkatan. Walaupun banyak yang belum Icha kenal, pembawaannya yang ceria membuatnya mudah menyesuaikan diri dengan yang lain.
“Cha, loe, Redhi sama Duta, tanggung jawab sama latar panggung, ya?” kata Dimas memberikan instruksi.
“Yaah ... Kak Dimas, kok aku sih, itu kan tanggung jawabnya berat. Aku yang lain aja deh .…” tawar Icha polos.
“Nggak. Nggak bisa! Loe harus nurut sama perintah koordinator. Loe kan dari tadi paling berisik, makanya tanggung jawabnya juga harus yang gede. Ya?”
Anak-anak tertawa melihat Icha dengan muka cemberutnya.
“Udah sih, terima aja. Sama gue ini,” celetuk Redhi.
“Ocan, Lisna, loe berdua kerjasama sama seksi perlengkapan soal lighting dan sound system!”
Saat pembagian tugas selesai, Aldi datang menghampiri. “Gimana, udah selesai bagi-bagi tugasnya, Dim?”
“Udah, dong! Beres semua.”
Icha menatap Aldi dengan pandangan tertarik. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba dia merasa ingin bertanya selagi ada Sang Ketua. “Kak, nanti yang bikin sket latarnya siapa? Bukan aku, eh, kita kan?”
Sebenarnya pertanyaan tersebut ditujukan untuk Dimas, tapi ternyata justru Aldi yang menjawab. Kebetulan .…
“Nggak, bukan kamu kok. Nanti kita minta bantuan Event Organizer. Dari kita itu hanya konsep,” jawab Aldi langsung. Tiba-tiba dia merasa pernah melihat gadis di depannya itu tapi dia tidak begitu ingat kapan.
“Oh, gitu .…” Icha ingin melanjutkan kembali pertanyaannya tapi dia sedang sibuk berpikir apa lagi yang ingin ditanyakan ketika Aldi dipanggil oleh Micky, wakilnya, yang berada di depan aula. Icha hanya bisa menatap Aldi yang pergi menjauhi ArtDcore.