Shieraffy & Arsthena

Icha Trezna
Chapter #5

I Will Fly - Ten2Five -

Hari-hari selanjutnya merupakan hari yang menyibukkan bagi Icha dan para panitia festival. Hampir setiap hari ada saja yang harus Icha, Redhi dan Duta kerjakan menyangkut masalah latar. Semua terasa berat baginya apalagi dia harus tetap konsentrasi dengan kuliah sesuai janji pada orangtuanya. Tapi begitu dia teringat Aldi, Icha menjadi semangat lagi. Ya, karena Aldi, dia bisa menyampingkan rasa lelahnya diganti dengan semangat yang menggebu. Keikutsertaannya dalam panitia menyebabkan Icha semakin mengenal Aldi karena intensitas yang sering terjadi antara ketua dan ArtDcore.

“Cha, muka loe kok keliatan ngantuk banget, sih?!” tanya Dhea saat matakuliah jam pertama baru dimulai.

“Masa sih, Dhe?” Icha mengucek matanya. “Iya nih, aku abis belajar Statistik Dasar sampai malam. Kemarin aku pulangnya maghrib sih. Hhhfft … heran deh sama dosen-dosen, udah tahu mau UAS, tapi malah kayaknya sengaja banget gitu kasih tugaaaas … terus, hapalanlah. Padahal kasih waktu kek gitu buat refreshing. Iya nggak, Dhe?”

“Heh? Iya, deh.” Sebenarnya Dhea tidak terlalu memperhatikan omongan Icha karena bicaranya terlalu cepat. “Ya udah, Cha, hari ini loe istirahat aja daripada sakit. Ntar biar gue yang bilang ke Dimas sama Aldi. Nanti kan gue mau anter pamflet ke kampus-kampus, gue pasti ketemu sama mereka.”

“Hm .…” Icha berpikir sejenak. “Iya deh, aku juga udah lama nggak tidur siang. Tapi nanti jangan lupa bilangin ya, Dhea!”

“Iya,” jawabnya. “Eh, gimana perkembangan percintaan loe dengan sang pujaan hati?”

“Hmm … biasa aja. Memangnya harus gimana?” tanya Icha sambil menggoyang-goyangkan pulpen dengan tangannya.

“Yaah … fight dong. Perjuangin cinta loe. Gimana sih?!”

“Issh, Dhea. Perasaanku ke Aldi bukan kaya gitu. Aku cuma senang aja liat dia, bikin semangat. Itu aja kok,” jawab Icha diplomatis. Padahal dalam pikirannya dia sedang menimbang apa perlu melakukan pendekatan seperti yang Dhea katakan.

“Ooh .…” jawab Dhea singkat sambil melirik ke Icha. Memastikan kebenaran yang dikatakan sahabatnya itu. 

                                                                                              *

 

Siangnya, Icha benar-benar langsung pulang. Dia sudah berniat untuk tidur siang di rumah.

“Lho, kok tumben pulang cepat, Cha?” tanya Bunda keheranan melihat Icha pulang siang. Padahal biasanya selalu pulang di atas jam enam sore.

“Iya nih, Bunda. Icha cape, hari ini mau tidur siang.”

“Ya udah sana, makan dulu. Sayur sopnya baru aja Bunda panasin.”

Selesai makan, Icha baru saja akan beranjak masuk ke kamarnya saat handphone-nya berdering. Dia melihat nama sahabatnya di layar handphone.

“Dheaaaa … aku kan mau tidur siang. Kenapa telpon?” rajuknya begitu menerima panggilan di handphone-nya.

“….” 

Diam sejenak di ujung sana. “Ini Aldi, Cha.”

Lihat selengkapnya