Malam itu, Aku menatap jendela kaca rumah sakit yang basah karena hujan. Kegalauan di hatiku tak terbendung. Sebenarnya, apa yang salah dari pengobatan dan terapiku pada pasien itu selama ini? Dimana letak kesalahanku? Semuanya sudah aku lakukan sesuai prosedur dan teori kedokteran, namun tetap saja, bapak itu meninggal. Padahal penyakitnya tidak begitu parah. Aku menyandarkan dahiku pada kaca jendela yang berembun karena hujan, berharap dinginya dapat mendinginkan kepalaku. Apa yang harus aku lakukan.
"Sudah dok... sabar..."
Tiba-tiba seorang perempuan menepuk pundakku. Aku tidak begitu kaget, karena aku mengenal betul suaranya. Namanya Lisa, dia adalah perawatku di rumah sakit ini.
"Nggak usah dipikir dalem-dalem dok"
"Ya... gabisa gitu juga Lis... kita harus evaluasi lagi dimana letak kesalahan pengobatan kita" Ucapku sambil menatap serius Lisa.
Lisa kemudian membuka buku catatan perawat yang dipegangnya. "Umm... sepertinya kita sudah benar dok obatnya... salah dimananya ya?"
"Lah itu Lis! Masak sakit lambung aja meninggal?!" Ucapku sambil mendengkus putus asa. Aku memalingkan wajahku dari Lisa dan kembali menyandarkan dahiku pada dinginnya kaca jendela.
"Yang namanya hidup dan mati, itu semuanya adalah kehendak Tuhan dok, kita manusia tidak bisa melangkahi takdir..." ucap Lisa lembut.