Shinta : Cinta dan Pengorbanan

Bagas Adhianta
Chapter #1

1. Prolog

Jumat, 15 Juli 2005

Hari ini menjadi hari yang ditunggu – tunggu oleh seluruh siswa SMA Budi Luhur, karena perjalanan belajar selama tiga tahun akan ditentukan hari ini. Saat yang menegangkan itu tiba, seluruh siswa berkumpul di lapangan sekolah. Dari kejauhan terlihat guru – guru berjalan menuju ke lapangan dimana seluruh siswa berkumpul.

Pak Agung selaku kepala sekolah naik ke atas panggung membawa stopmap. Bagai sinetron Indonesia yang penuh drama demikian juga pak Agung mulai bersandiwara dihadapan siswanya. Beliau mulai menyatakan hal – hal yang kurang nyaman didengar telinga kami. 

Sebuah fakta bahwa secara keseluruhan nilai ujian kami tidak sesuai target guru – guru di sekolah. Seketika raut wajah teman – temanku terlihat lebih tegang dibanding ketika keberangkatan kami di sekolah. Beberapa justru terlihat pasrah dengan hasil pengumuman ujian yang akan dibacakan.

“Melihat fakta tersebut, dengan terpaksa bapak harus mengumumkan bahwa..” kata pak Agung memberikan jeda yang membuat suasana lebih menegangkan.

“Kalian semua LULUS." kata pak Agung dengan tegas.

“YEEEYYYYYY!!“ semua siswa berteriak mendengar ucapan pak Agung.

Beberapa siswa terlihat terharu, mengusap air mata mereka yang jatuh mendengar dirinya lulus. Aku merayakan kelulusan itu dengan memeluk kedua sahabatku yaitu Cindy dan Marta. Kami saling berpelukan dan melonjak kegirangan. 

Setelah suasana kembali tenang, pak Agung menyampaikan beberapa pesan kepada kami. Tidak ada acara coret – coretan seragam dan tidak ada konvoi yang dapat menganggu lalu lintas. Sebelum diperbolehkan pulang ke rumah, kami diminta berbaris sambil mengucapkan terimakasih kepada bapak ibu guru.

Setelah mengakhiri acara pagi ini dengan doa bersama, satu persatu mulai melangkah menyalami bapak ibu guru yang sudah menunggu. Sambil menunggu, bersama kedua sahabatku berencana untuk merayakan kelulusan ini di warung bu Karmin. Warung bakso langganan kami yang berlokasi tidak jauh dari sekolah.

Dua jam sudah aku menunggu, akhirnya tiba juga giliran kami untuk menyalami bapak ibu guru. Tidak ada kata selain terimakasih yang bisa aku ucapkan kepada bapak ibu guruku. Tanpa mereka, aku tidak akan menjadi pribadi yang sekarang.

Mereka tidak hanya sekedar memberikan materi namun memberikan nilai – nilai hidup yang berguna untuk masa depan. Tidak hanya guru yang baik, guru yang tegas pun turut membentukku menjadi pribadi yang lebih baik. Terkadang aku memang butuh ketegasan seorang guru agar aku tidak menjadi pribadi yang lemah.

Dihadapan mereka dengan tulus aku mengucapkan terimakasih sesekali mengeluarkan air mata, karena besok aku tidak akan berjumpa lagi dengan mereka. Selesai bersalaman sekaligus berpamitan dengan mereka, kami kemudian mengambil sepeda dan segera menuju ke warung bu Karmin. Tidak membutuhkan waktu lama kami sudah tiba di warung bu Karmin.

“Halo bu, seperti biasa ya.“ kata Marta kepada bu Karmin.

“Wih, siap bos! Tunggu sebentar ya.“ kata bu Karmin langsung menyiapkan pesanan kami. Karena seringnya kami makan di warung bu Karmin, beliau sampai hafal pesanan kami beserta catatannya.

“Katanya kalian habis pengumuman kelulusan ya?" tanya bu Karmin pada kami.

“Jelas dong bu." jawab Cindy dengan bangga.

“Itu si ‘matoa’ juga lulus?" tanya bu Karmin pada Marta yang akrab disapa matoa oleh beliau.

Lihat selengkapnya