Minggu, 17 Juli 2005 pukul 02.30 WIB
“Mbak bangun, kita sudah sampai di Jakarta." kata kenek membangunkanku yang masih terlelap. Dengan setengah sadar, aku mengambil barang – barang bawaanku. Aku keluar dari bis dan untuk pertama kali menghirup udara kota Jakarta, kota yang akan menjadi ladang rejekiku.
Meskipun waktu menunjukkan dini hari namun aktivitas di terminal sudah ramai dengan orang – orang. Aku berjalan mencari taksi untuk menghantarku ke tempat yang akan aku tempati selama di Jakarta.
“Pak, bisa antar saya ke jalan merdeka?"
“Bisa mbak, ada barang yang dimasukkan ke bagasi?"
“Ada pak."
Dengan sigap bapak supir mengangkat tasku dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Tidak lama setelah itu mobil mulai bergerak menuju ke jalan merdeka. Di dalam mobil tidak berhenti aku memandang dengan kagum bangunan – bangunan yang menjulang tinggi di sepanjang jalan.
Itu hampir membuatku lupa untuk menanyakan alamat yang diberikan perusahaan padaku. Aku kemudian dengan sopan menyodorkan kertas kepada bapak dan menanyakannya apakah beliau tau alamat yang tertulis di kertas itu? Dengan semangat beliau bersedia menghantarku sampai alamat yang dituju.
Aku senang dengan perilaku bapak supir kepadaku, gambaran kekejaman kota Jakarta tidak aku rasakan dihari pertamaku tiba. Kondisi jalan di Jakarta dini hari ini tidak seramai di terminal, hanya terlihat satu dua kendaraan yang melintas. Cahaya yang keluar dari gedung – gedung yang tinggi membuatku bertambah kagum.
Tidak butuh waktu lama, aku sudah tiba di tempat yang aku tuju. Aku keluar dari mobil, mengambil barangku, dan memberikan uang kepada bapak supir yang baik hati. Aku membalikkan tubuhku, didepan sana aku melihat sebuah papan tertulis Mess PT. Jaya Abadi.
Yap, salah satu fasilitas tempat aku bekerja adalah memberikan tempat tinggal bagi karyawan yang berasal dari luar kota Jakarta. Aku berjalan ke arah pos satpam dan mengatakan kepada yang berjaga maksud kehadiranku. Salah satu dari mereka menghantarkanku ke salah satu bangunan yang terjejer rapi didepanku.