Shopaholic Insyaf

Mizan Publishing
Chapter #2

PENDAHULUAN Optimistis Meraih Rezeki

Alkisah, ada seorang pemuda yang ingin membuktikan bah wa Tuhan Maha Pemberi rezeki. Pemuda itu pergi ke hutan, mencari sebuah gua yang sulit ditemukan. Setelah lama melakukan pencarian, ia tiba di sebuah gua yang tak per nah di injak manusia. Gua itu tertutup bebatuan dan pepohonan—tak kan terlihat oleh siapa pun yang lewat, kecuali kalau benarbenar diperhatikan. Pemuda itu segera memasuki gua, menutup jalan masuknya dengan batu. Lalu ia mengikat seluruh tubuhnya ke tiang yang ada di gua. “Hmmm, sekarang aku tak bisa ke manamana dan hampir mustahil ditemukan orang,” pikir nya. “Sekarang aku ting gal menanti, apa benar Tuhan itu Maha Pemberi rezeki!” Tiga hari sudah pemuda itu terkurung dalam gua. Tubuhnya le mah karena tak setetes air pun masuk ke ke rongkongannya, tak sebutir makanan pun masuk ke perutnya. “Sebentar lagi aku akan mati lemas,” pikirnya. Pada saat itu, serombongan pemburu masuk ke hutan. Mereka tak sengaja menemukan sebuah gua yang tersembunyi. Karena hari sudah malam dan para pemburu itu ingin berteduh, mereka pun masuk ke gua itu. Sayang, gua itu tertutup oleh batu.

Seorang pemburu berusaha mendorong batu penutup. “Ugh, berat sekali. Kita cari gua yang lain saja.”

“Tidak, hari sudah malam. Kita harus tetap masuk ke gua itu!” perintah ketua rombongan. Para pemburu segera mencari cara untuk mendorong batu. Senapan dan segala persenjataan dikerahkan. Akhirnya, batu itu berhasil dihancurkan. Mereka pun masuk ke gua.

Ketika sedang asyik membuat api unggun dan membuka perbekalan, tibatiba seorang pemburu menyenggol sesuatu. “Hei, lihat, ada mayat di sini!” teriaknya panik. Temantemannya segera menghampiri tubuh seorang pemuda yang tergolek tak berdaya di dekat mereka. Tubuh pemuda itu terikat ke tiang. “Siapa tahu ia masih hidup,” ujar ketua rombongan. “Ayo, buka ikatannya dan masukkan air ke mulutnya.” Para pemburu segera membuka ikatan di tubuh sang pemuda. “Aduh, talinya sudah menempel di kulit. Tak bisa dibuka!” teriak salah seorang pemburu. “Cungkil pakai pisau,” perintah sang ketua. Dengan susah payah akhirnya tali berhasil lepas dari tubuh pemuda itu. Kemudian sebotol air dimasukkan ke mulut si pemuda. Tapi mulutnya tidak bisa dibuka. “Buka dengan paksa!” perintah sang ketua. Mulut pemuda itu pun dibuka dengan paksa agar air bisa masuk. Tapi mulutnya tetap saja tertutup. Mulut si pemuda seolah sudah menyatu dengan kulitnya.

“Biarkan saja dia mati,” usul seorang pemburu. Ketua rombongan tidak setuju, “Buka mulutnya dengan palu!”

Begitulah, pemuda itu dipaksa agar bisa membuka mulut dan minum air. Sekeras apa pun ia menjauhi rezeki, kalau Allah menghendaki, rezeki tetap akan menghampiri.

***

Lihat selengkapnya