“Jangan terlalu menjadi pikiran soal tahun baru. Itu hanya ide gilaku sedikit.” Ratih mengirimkan pesan kepada Ciara pagi ini. Sepertinya dia sedikit khawatir jika Ciara terganggu dengan rencana yang mungkin terdengar sederhana itu. Ciara yang sudah bersiap untuk pergi ke penerbit hanya membaca pesan yang dikirimkan oleh saudara sepupunya itu.
“Tentu saja aku tidak akan banyak berfikir, bukan masalah yang berat.” Ciara menjawab tanpa membalas pesan itu. Dia bergegas menuju ke mobilnya dengan membawa tas kecil serta tas laptop bersamanya. Ciara yakin jika hari ini tidak akan sebentar, karena banyak yang harus diperiksa. Perempuan itu mengemudi perlahan karena berangkat lebih awal setengah jam dari janji temunya. Dan kota tempat dia tinggal tidak terlalu macet di jam itu. Sampai ketika dia masuk ke area kantor perlahan sebuah motor dengan bunyi cempreng masuk dengan cepat membuat Ciara terkejut dan langsung menginjak rem mobilnya. Beruntung di belakang mobil tidak ada satu kendaraan pun sehingga dia hanya sedikit berhenti mendadak. Ciara terdiam sebentar melihat motor itu melaju cepat tanpa tahu akan berhenti dimana. Dia hanya menenangkan dirinya sebentar untuk kemudian kembali mengendarai mobilnya perlahan, setelah sampai di lobby dia meminta petugas keamanan memarkirkan mobilnya di basement karena masih terkejut dengan apa yang terjadi. Setelahnya dia masuk ke dalam kantor.
“Pagi Nona Ciara.” Sebuah sapaan membuat Ciara tersenyum. Risa menyambutnya ketika dia keluar dari lift untuk naik ke ruangan meeting hari ini.
“Sebelum kita mulai bicara, Nona Ciara mau minum apa?” Risa kembali bertanya sambil berjalan menuju ke ruang meeting perlahan.
“Hot Cafe Latte tanpa gula.” Ciara menjawab dengan santai setelah dia duduk di meja tempat mereka akan meeting.
“May, hot cafe latte tanpa gula, amerikano ice tanpa gula, sama ice capuccino ya untuk kita.” Risa bicara pada salah satu karyawan dan kemudian masuk ke ruang meeting.
“Jadi kita bicara yang mana dulu ya Nona, soalnya banyak sekali yang harus kita bicarakan hari ini.” Risa terlihat santai bicara dengan Ciara.
“Pilihan cover buku dulu boleh, sepertinya itu yang paling sederhana. Dan ini draft yang saya janjikan bisa di print dulu.” Ciara memberikan jawaban untuk tawaran pembicaraan yang di selesaikan terlebih dahulu.
“Baik, sudah dikirim email kan ya Nona.” Risa tersenyum memeriksa di ponsel pintarnya untuk kemudian meminta karyawan lain mencetak draft milik Ciara.
“Bisa panggil Ciara saja, sepertinya terlalu aneh dipanggil Nona.” Ciara mencoba untuk menyatakan ketidaknyamanannya.
“Baik No, ah... Ciara.” Risa tersenyum sambil memeriksa berkas yang dia bawa. Dia menunjukkan banyak kertas tertumpuk dengan gambar untuk pilihan cover Ciara. Ciara yang meminta di cetak, karena visualnya akan berbeda ketika berbentuk softfile.
“Banyak juga pilihannya, dan semuanya bagus.” Ciara terlihat sangat tertarik dengan semua draft cover yang diberikan untuk bukunya.