Shouldn't come back

tami ilmi
Chapter #7

Chapter #7

Ciara sebenarnya tidak berniat merepotkan dirinya sendiri sore itu. Setelah Day pergi dia hanya mengeluarkan potongan daging dari frezzer lemari pendinginnya, merendamnya dengan air dingin supaya cepat mencair. Ciara hendak membuat sate goreng yang merupakan resep turunan dari ibunya. Setidaknya itu satu-satunya masakan yang cukup dia kuasai untuk dimakan orang lain. Setelah selesai menyiapkan makan malam Ciara kemudian mandi untuk menyegarkan dirinya. 

“Ra? Babe?” Sebuah suara memecah keheningan di rumah itu. Seorang laki-laki membuka pintu pagar Ciara yang tidak terkunci ketika jam hampir menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Dia tentu saja mencium aroma masakan Ciara yang tidak pernah dia temukan sebelumnya.

“Ra?” Ciara yang baru saja keluar dari kamar mandi di kamarnya kemudian bingung mendengar suara yang menyebutkan namanya itu. Dia segera keluar setelah menggenakan setelan jumper dan celana joger panjang dengan warna cream.

“Lian?” Perempuan itu sedikit terkejut dengan apa yang dia temui. Lian sudah ada di dalam rumah itu seperti hari kemarin, dan laki-laki itu sudah berjalan perlahan untuk kemudian memeluk Ciara.

“Kangen.” Laki-laki itu berbisik dalam pelukan Ciara. Perempuan itu tidak menolak pelukan Lian, tapi juga tidak menjawab pernyataan dari laki-laki yang dia cintai itu.

“Kenapa kamu ke sini? Bukannya pulang?” Ciara membuat Lian melepaskan pelukannya dan menatap perempuan itu dengan wajah penuh dengan pertanyaan. Seperti kejanggalan karena Ciara tidak pernah menolaknya sedemikian rupa.

“Um... kangen aja, kamu masak hari ini?” Lian mengalihkan pembicaraan sambil bersikap seperti mengendus bau harum masakan Ciara. Perempuan itu kemudian mengangguk meski tidak menyunggingkan senyum.

“Kamu mau makan?” Ciara kemudian berjalan perlahan menuju ke dapur yang berada lurus di tempat mereka berdua berdiri sekarang. Lian mengikuti Ciara untuk kemudian duduk di meja makan. Ciara menyuguhkan air mineral untuk Lian pada awalnya.

“Aku hanya masak sate goreng, dan aku tidak tahu apakah kamu akan suka atau tidak.” Ciara memulai pembicaraan sambil menempatkan setengah sate goreng yang dia masak ke sebuah piring untuk di sajikan. Lian tersenyum melihat masakan Ciara di depannya setelah perempuan itu meletakkannya di meja makan.

“Kamu tahu bau harumnya memenuhi rumah, Ketika aku masuk, rasanya perutku memberikan sinyal ingin segera memakannya. Aku ingat kamu dulu pernah membuatkan masakan ini juga untukku.” Lian tersenyum menerima nasi yang diambilkan Ciara di piringnya dan kemudian mengambil lauk untuk pendampingnya. Ciara duduk di meja makan di depan Lian tanpa tersenyum.

“Sepertinya akan terasa kurang pedas atau asin.” Ciara mencoba untuk menjelaskan kondisi masakannya masih tanpa senyum yang biasa dia sunggingkan untuk Lian. Ada rasa enggan, tapi sebenarnya dia juga senang melihat wajah Lian saat ini. Ciara mengambilkan garam dan juga tambahan bumbu dengan cabai yang dia siapkan terpisah. Lian tersenyum ketika Ciara meletakkannya di meja. Laki-laki itu menarik kursi dan meminta Ciara duduk di sampingnya. Ciara menurut saja dengan apa yang Lian mau. Laki-laki itu bahkan belum melepaskan jaket yang dia kenakan.

Lihat selengkapnya