Shouldn't come back

tami ilmi
Chapter #9

Chapter #9

Beberapa Hari lalu....

“Pagi Dante, apa ada sesuatu yang khusus hari ini.” Day masih baru membuat kopi paginya dan teringat jika dia harus memeriksa jadwalnya hari ini. Dante adalah mode AI di perangkatnya.

“Morning Mr. Adidaya. Risa mengatakan jika hari ini ada pertemuan penting dengan penulis yang anda pilih untuk menjadi seorang pembimbing.” Dante memberikan jawaban dengan nada bicara datar selayaknya AI. Day tersenyum sambil menyesap sedikit kopi manisnya yang terasa lebih manis pagi itu. Dia memandang ke arah jalan yang masih sepi dari kamarnya. Day menghela nafas lega dan meletakkan gelas kopinya.

“Lalu aku harus tampil seperti apa? Mengesankan atau biasa saja?” Day berfikir sambil berjalan menuju ke ruang ganti pribadinya. Dia melihat banyak setelan tentu saja dan juga kemeja. Day mengambil kemeja berwarna hijau lembut dan juga jas dengan warna yang hampir senada. 

“Terlalu mencolok dan berlebihan.” Day meletakkan kembali semuanya itu. Dan mengambil kemeja putih dan jas berwarna gelap. 

“Tidak terlihat seperti anak magang, sepertinya.”

“Moms calling.” Sebuah pemberitahuan dari Dante membuat Day kemudian mencari sesuatu di meja kerja yang terletak di ruangan lainnya. 

“Ya, kenapa menelepon sepagi ini Moms? Ada yang penting?” Day langsung bertanya karena dia gugup. 

“Hanya ingin bertanya apa kamu sudah bangun, dan juga kamu sarapan apa. Hari ini ada berkas masuk untuk pengajuan pembelian pembebasan beberapa tanah untuk pabrik baru di area pinggir pantai. Kita ada rencana resort baru kamu ingat?” Day menggelengkan kepalanya, dia duduk di meja kerjanya. Menatap langit dari sana, sepagi ini. Bahkan ibunya hanya mengingatkan untuk pekerjaan pada akhirnya.

“Oke Moms, aku periksa nanti. Hari ini aku ada beberapa pertemuan dulu. Aku pasti ke kantor dulu. Bukankah Mommy juga harusnya tidak terlalu memikirkan pekerjaan?” Day kembali mencoba untuk mengalihkan pembicaraan supaya tidak tentang pekerjaan.

“Itu, kemarin Hans datang ke rumah. Dia bilang kamu masih mempertimbangkan pembukaan resort. Jadi Moms kira mungkin kamu masih belum terlalu setuju untuk pembelian pembebasan lahan. Atau belum deal.” Day menyunggingkan senyumnya. Perusahaan memang sudah di pegang sepenuhnya dalam kendalinya, tapi lobby dan laporan selalu saja kepada Ibunya. Semua orang juga tahu jika Queen Martha akan selalu menjadi sebuah penentu untuk keputusan Day.

“Ah, aku memang masih memikirkannya. Aku memikirkan lokasi dan berbagai fasilitas yang akan dibangun. Apakah akan baik untuk perusahaan kita juga atau tidak. Aku belum membicarakan dengan Lily dan Boy.”Day memberikan alasan.

“Tapi kamu selalu bisa mengambil keputusan sendiri. Kenapa tiba-tiba berhenti?” Day sebenarnya tidak terlalu suka berbicara tentang pekerjaan di telepon apalagi di pagi hari seperti ini.

“Moms, aku harus buru-buru bersiap. Nanti aku bicarakan lagi. Masih banyak yang harus dipertimbangkan. Percaya saja padaku.” Day menggunakan kalimat saktinya dan langsung menutup telepon. Dia menghela nafas panjang dan bersiap hendak berteriak.

Lihat selengkapnya