Saat ini...
“Itulah kenapa aku tidak terlalu suka jika seseorang yang mengenalku membaca karyaku.” Ciara terlihat masih tersenyum meski apa yang dia katakan sebenarnya cukup serius. Day masih terlihat diam menunggu kalimat Ciara selanjutnya.
“Beberapa menjadi berspekulasi jika itu adalah kisah hidupku. Beberapa menjadi sangat imaginatif membandingkan kehidupan nyata dan juga ceritaku.” Ciara tersenyum menatap Day. Laki-laki itu sedikit tersipu dengan wajah Ciara saat itu. Tidak pernah terlintas jika dia akan melihat senyuman ini secara langsung untuknya. Setidaknya saat ini tidak masalah menganggap seperti itu karena hanya ada mereka berdua.
“Um... Lalu kenapa bisa terlihat seperti itu?” Day kembali bertanya dan melayangkan pandangannya pada Ciara. Perempuan itu meneguk sedikit lattenya dan melihat ke arah Day lagi. Pembicaraan ini sungguh terasa menarik bagi perempuan ini.
“Entahlah, sepertinya mereka terlalu melihat aku seperti itu. Kalaupun sama di sebuah scene atau cerita tidak masalah, tapi jika semuanya maka bagaimana mungkin aku menjalani banyak kisah cinta bergantian?” Ciara tersenyum lagi tapi kali ini Day tidak terlihat tersenyum. Dia sudah menghabiskan sandwich yang Ciara buat untuknya.
“Menurutku menulis tidak akan semudah bercerita seperti buku harian yang dibuat. Tapi, jika orang banyak melihat seperti itu, mungkin karena orang itu kebetulan mengenal kamu dengan baik. Atau bukan kisah cinta yang banyak hanya saja pecahan dari kisah cinta yang panjang?” Day membuat Ciara terdiam sebentar. Ada kebenaran dari pernyataan laki-laki yang sepertinya menyatakan semua pendapatnya dengan sangat tenang itu. Hampir seperti Ciara yang tidak menunjukkan ekspresi di setiap pernyataan. Seolah apa yang dia katakan hanya karena logika bicara bukan perihal perasaan.
“Lalu novelmu, apa alasan kamu menulis?” Ciara mencoba mengalihkan pembicaraan, Day tentu menyadari apa yang sedang Ciara lakukan. Laki-laki itu bangkit dari duduknya dan kemudian mendekat ke arah Ciara.
“Bagaimana jika kamu baca salah satu novelku dulu.” Day kemudian tersenyum setelah menatap lama Ciara dari jarak yang cukup dekat.
“Boleh, kamu akan melanjutkan menulis atau apa? mau aku buatkan kopi lagi?” Ciara kemudian berdiri sehingga wajahnya justru lebih dekat dengan wajah Day. Mereka saling berhadapan dan juga saling menatap dalam diam. Ciara yang lebih dulu kemudian ingin menghentikan moment itu. Dia bergeser untuk melewati Day dan berjalan menuju ke ruang tengah.
“Aku bawa draft dalam bentuk cetak juga.” Day mengambil tasnya dan kemudian menyerahkan setumpuk kertas yang sudah dalam kondisi di jilid namun tanpa sampul dan ukuran standart kertas A4. Ciara duduk di karpet bersandar pada sofa dan menerima draft dari Day. Laki-laki itu masih duduk di sofa dan kemudian turun ke bawah bersebelahan dengan Ciara setelah meletakkan ponselnya di sofa.
“Scfi?” Ciara menatap Day dan laki-laki itu terlihat cukup santai dengan tanggapan awal Ciara. Wajahnya seolah mengatakan sesuatu tanpa dilanjutkan dengan kata-kata.