Si Anak Manja

febri indah rafika
Chapter #3

Chapter 2

Karena Bapak sudah pergi lepas pagi tadi. Bapak tidak bisa mengantarkan Aku berangkat ke sekolah, akhirnya Kak Ana bersedia mengantarkan Aku ke sekolah menggunakan sepedaku yang lama. Terhubung Bapak menjanjikan Aku membelikan sepeda baru Aku pun turut senang. Aku cerita dengan Kak Ana sepanjang perjalanan betapa senangnya Aku akan memiliki sepeda baru. 

"Mekar, kalau sepedamu sudah beli nanti. Boleh ya Kak Ana pinjam sepedanya, sekali aja deh." Kak Ana berseru tersenyum menatap jalan besar. 

"Tapi Kak, Emak kan selalu marah-marah sama Kak Ana kalau pinjam punyaku. Jadi, jangan ya? Daripada Emak marah lagi," kataku menyakinkan Kak Ana untuk berpikir dua kali sebelum meminjam sepedaku. Habisnya Emak selalu saja melarang barang-barangku jika disentuh kak Ana. Aku tidak masalah jika Kak Ana pinjam, asalkan dibalikin lagi. 

Aku berangkat menaiki sepeda lama dengan boncengan yang tidak ada busanya. Ketika di jalanan kerikil rasanya sakit sekali, seperti tertusuk-tusuk kayu berkali-kali. Kak Ana selalu mempertanyakan Aku, "Mekar, kau tak apa-apa kan? Mekar sakit gak? Mekar, kakak jalannya pelan aja ya. Takut kamu jatuh." Kak Ana selalu begitu, bahkan ketika Aku terdiam terus karena ocehan Kak Ana yang terlalu mengkhawatirkan Aku. Kak Ana berhenti untuk memastikan Aku baik-baik saja. 

Mau bagaimana lagi? Itu perintah khusus Emak sebelum berangkat tadi. "Ana, jaga adik kau. Bawa sepeda pelan-pelan saja. Kalau di jalan kerikil pastikan Mekar tidak kesakitan." Kak Ana mengangguk menjawab dengan nada rendah, "Iya Mak."

Sebenarnya Aku tidak begitu senang di hari sekolah. Kenapa? Karena banyak diantara temanku mengejekku dengan sebutan manja. Aku hanya memiliki satu sahabat di sekolah, dia satu kelas bersamaku namanya Rose. Rose adalah sahabat terbaikku sekaligus pelindungku dari ejekan teman-teman yang selalu menghujatku. Kak Ana pun tau siapa Rose itu, karena dia juga tetangga kami walaupun beda satu RT. 

Lihat selengkapnya