Si Anak Manja

febri indah rafika
Chapter #1

Chapter 1

Sejauh mataku memandang kabut menyelimuti di perkampunganku. Udaranya begitu terasa dingin. Aku saja yang duduk terdiam diruang tamu sambil menatap di luar rumah malas berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Subuh telah berkumandang, Emak sedang di dapur memasak untuk sarapan. Kak Ana membantu Emak sejak pagi entahlah Aku pun tidak tahu kapan Emak dan Kak Ana bangun sebelum subuh ini. Bapak menyalakan televisi menonton ceramah dari Ustad yang jelas Aku tidak mengenalnya. Begitu antusias Aku mendekatkan diri disamping Bapak sambil mendengarkan ceramah itu dengan seksama. 

"Bapak, tumben belum berangkat ke ladang?" tanyaku menatap lamat-lamat, Bapak menoleh sambil tersenyum mengelus rambutku yang panjang. "Bapak menunggu sarapan, Nak. Kalo nggak sarapan Emak kau akan memarahi bapak nanti," jawab Bapak lembut tersenyum hangat menatapku. Aku pun bilang ke Bapak bahwa Aku ingin punya sepeda baru, sepeda yang lama sudah rusak dan ban dalamnya pun sering sekali bocor. Aku selalu kesal ketika bermain di luar rumah sepeda itu selalu menyusahkanku. Kak Ana juga bilang padaku kalau saja sepedanya baru, mungkin Kak Ana tidak selalu membetulkannya. Bapak mengangguk seolah mengerti apa yang Aku maksud. Benarkan, Bapak selalu baik padaku.

Tetapi Aku juga sedikit kasihan melihat Kak Ana yang selalu berangkat sekolah dengan jalan kaki. Emak tidak pernah membolehkan Bapak untuk mengantarkannya ke sekolah dengan motor. Pernah sekali Bapak mengajari Kak Ana belajar motor tetapi Emak yang tiba-tiba melihat Kak Ana menyalakan mesin motornya. Emak langsung menyambar memarahi Kak Ana dan Bapak. Emak bilang, "Kalau motornya menabrak tiang listrik bagaimana? Rugi nanti motornya rusak." Emak melotot menatap Kak Ana, Aku menahan perut sambil tertawa kecil.

Melihat ekspresi Kak Ana yang ketakutan dimarahi Emak, Kak Ana hanya menundukan pandangannya sambil meminta maaf pada Emak. Tapi Bapak yang melihatku begitu, langsung melototi dengan ekspresi yang melainkan berkata "Diam Mekar, Kakak kau sedang di marahi. Kenapa kau tertawa!"sejak itulah Aku berhenti tertawa ketika Kak Ana sedang di marahi oleh Emak.

Kak Ana mendengarkan obrolanku dengan Bapak di ruang tamu sambil mendengarkan ceramah yang sama sekali tidak ingin Aku dengar, bukan tidak ingin dengar tapi Aku hanya malas saja. Kak Ana mendekat sambil memegang sapu ijuknya.

"Wah, paling enak ya dengar ceramah pagi-pagi, Pak!" Kak Ana berseru langsung duduk disebelahku. Bapak pun tersenyum menoleh ke arah Kak Ana. Aku hanya terdiam dalam hati Aku menggerutu, "Ish. Kak Ana kuno banget deh suka begituan, kaya Emak-emak."

Lihat selengkapnya