FENOMENA munculnya pelangi setelah hujan merupakan fenomena yang sangat indah bagiku. Aku sangat suka pelangi. Pelangi itu memiliki banyak warna. Diantaranya aku menyukai warna biru, karena biru memiliki arti ketenangan dan kecerdasan, begitu kata Mama.
Setiap aku melihat pelangi, aku selalu refleks menyanyikan sebuah lagu. Lagu ini merupakan lagu favoritku. Ketika Tante Anna--tetangga kami--menyetel sebuah kaset lagu anak-anak, aku selalu refleks bernyanyi. Apalagi ketika pelangi yang kulihat tepat berada di depan jendela kamarku.
Aku selalu berlari ke arah jendela, lalu menyanyikan lagu itu.
Pelangi-pelangi
Alangkah indahmu
Merah, kuning, hijau
Di langit yang biru
Pelukismu agung
Siapa gerangan
Pelangi-pelangi
Ciptaan tuhan
Setelah menyanyikan lagu itu, aku langsung berlari keluar dan mengajak Mama untuk melihat pelangi.
Namun kali ini, sama seperti dulu. Pelangi yang ada di atas sana, sangat indah.
Sambil mengemasi barang-barang, aku menatap ke atas. Menikmati pelangi yang kala itu sedang bergeming di sana setelah hujan membasahi bumi. Beberapa kali aku nyaris menabrak Mama yang juga sedang mengemasi barang, dan beberapa kali pula aku harus meminta maaf padanya karena kelakuanku yang ceroboh.
Kutatap pelangi itu lagi. Indera penglihatanku mendadak menajam. Ada yang berbeda dengan pelangi itu. Ia seperti ... memiliki menara.
Ah, tidak. Maksudku bukan begitu. Di sekeliling pelangi terdapat gumpalan awan putih yang mengelilinginya. Lebih tepatnya di bagian bawah pelangi. Di sana terdapat gumpalan awan yang sangat banyak. Bukan hanya itu, di balik gumpalan awan itu aku melihat ... manusia dan ... aktivitasnya?
Aku mengerjap, lantas menghampiri Mama.
"Mama, ada menara di dekat pelangi," ujarku, memberitahu sambil menunjuk ke atas. Mama menatap ke atas, persis ke arah yang aku tunjuk. Dia memicingkan mata, lalu berkata, "Mana? nggak ada menara di situ."
"Bener Ma, di situ beneran ada menara, di bawah pelangi itu tuh." Aku berusaha meyakinkan Mama bahwa yang kulihat itu benar adanya.