SI ANGIN

Dreamerity
Chapter #3

#Wind 2 - Cyclone

"NAH, sekarang ngerti 'kan?" tanya Mama dengan tersenyum. Aku mengangguk. Hal yang diucapkan Mama perihal bilangan pecahan bisa kumengerti meski agak pusing. Mama bilang, a/b dengan b tidak sama dengan 0, a disebut pembilang, sedangkan b disebut penyebut.

Pecahan a/b dapat dipandang sebagai bagian dari keseluruhan atau hasil bilangan a : b, dengan b tidak sama dengan 0.

Itu sekiranya yang Mama jelaskan. Selebihnya, Mama sudah menjelaskan padaku tentang pecahan senilai, menyederhanakan pecahan, membandingkan pecahan, dan mengubah bentuk pecahan.

Awal materi pertama, materi pecahan senilai aku mengerti, lalu materi kedua, materi menyederhanakan pecahan, aku masih mengerti--meskipun keningku agak mengernyit, dan untuk kedua materi terakhir, membandingkan pecahan dan mengubah bentuk pecahan, otakku langsung meledak.

Aku tidak mengerti dengan apa yang Mama katakan diakhir materi, dan melihat buku paket matematikaku yang berisikan rumus-rumus rumit membuat otakku menangis. Aku tidak sepintar Mama, tapi Mama bilang meskipun kita perempuan dan berakhir di dapur, setidaknya kita harus pintar. Minimal bisa menghitung, tapi sayangnya aku benci menghitung.

"Duh, sebentar ya, sayang." Ponsel Mama berbunyi saat dia sedang asyik menjelaskan materi terakhir. Aku mengangguk lalu menghela napas sedalam-dalamnya dan menunduk. Kepalaku pusing.

Hal yang kulihat dari ponselnya adalah tertera nama 'penulis' di sana. Oh, pasti ada seorang penulis yang mengajukan naskahnya pada Mama atau ... salah satu admin penerbit yang menyerahkan naskahnya.

Aku tidak terlalu mengerti seperti apa pekerjaan seorang editor, yang jelas akhir-akhir ini Mama tampak sibuk. Mungkin banyak penulis yang mau menerbitkan karyanya pada Mama.

"Yuriel, kamu bisa isi sendiri 'kan?" tanya Mama. Kalau Mama sudah bertanya seperti ini dia pasti akan pergi ke kamarnya dan mengerjakan pekerjaannya. Aku mengangguk. "Iya Ma, PR Yuriel juga sebentar lagi selesai kok."

"Oke, Mama tinggal dulu ya." Mama langsung pergi ke atas, sementara aku kembali mengerjakan PR. Baru saja Mama menaiki tangga, dia langsung menoleh ke arahku. "Yuriel, setelah ini kamu nggak sibuk 'kan?"

"Iya ... emang kenapa Ma?"

"Bisa tolong bantu Mama?"

-

Lihat selengkapnya