SI ANGIN

Dreamerity
Chapter #4

#Wind 3 - Curiga

Cyclone

Kamu udah sampe?

06.37

Udah

06.37✓✓


Cyclone

Kamu udah save back nomerku 'kan?

06.38

Iya

06.39✓✓

AKU langsung menutup data dan kembali fokus berjalan di koridor. Entah kenapa aku menyesal memberikan nomor ponselku padanya. Kemarin, setelah aku berbelanja aku mendapat pesan spam darinya. Hal yang dia spam adalah perihal materi matematika yang tidak dia mengerti.

Aku membalasnya, tentu saja, tapi setelah aku menjawab, dia bertanya lagi. Kali ini dia bertanya tentang operasi hitung pada bilangan pecahan. Nah, kalau materi yang itu aku masih belum mengerti, karena aku belum mempelajarinya dan belum bertanya pada Mama. Karena itulah aku membalasnya dengan kata "Nggak tahu." Namun setelah itu, dia bertanya padaku lagi, kali ini tentang operasi aljabar. Aku agak kesal, dan lagi-lagi aku membalas dengan jawaban yang sama. "Nggak tahu".

Itu terjadi sampai sore. Saat itu aku memutuskan untuk menutup data ponsel, dan lebih memilih untuk mengambil novel yang ada di rak, dan membacanya sambil rebahan.

Lalu malamnya, aku memutuskan untuk membuka data ponsel mengingat aku ingin mencari sesuatu di internet. Baru saja aku membuka data, tiba-tiba aku melihat banyak sekali pesan yang berdatangan. Tiga persen pesan dari grup dan sembilan puluh tujuh persen dari Cyclone.

Lagi-lagi dia mengirim pesan spam yang membuatku naik pitam dalam hati. Mengenai chat-annya pagi ini, aku berusaha menanggapinya dengan santai. Di pagi yang agak mendung ini aku tidak mau ada amarah sedikit pun. Mama bilang sangat tidak baik kalau marah di pagi hari. Apalagi hari ini adalah hari spesial. Tanggal tiga. Hari ulang tahunku.

Tidak ada yang tahu kalau hari ini adalah hari ulang tahunku. Tidak ada. Tentu saja. Baru saja aku duduk di sekolah ini bulan lalu, tentu tidak akan ada yang tahu tanggal ulang tahunku, bahkan Amartya, Anika, dan Marsha saja tidak tahu.

Karena itu aku lebih memilih untuk mendiamkannya. Aku tidak mau mencari perhatian kepada orang lain hanya karena aku berulang tahun. Biarkan saja mereka tahu dengan sendirinya, nanti salah satu dari mereka akan berucap.

Baru saja aku masuk ke kelas, Cyclone langsung menyambutku dengan berbagai macam pertanyaannya. Kali ini dia bertanya tentang corak kehidupan masa praaksara, seni musik, dan sumber daya ekonomi. Itu adalah mata pelajaran sejarah, seni budaya, dan ekonomi. Mata pelajaran hari ini.

Di kelas ini, baru segelintir yang datang mengingat kelas dimulai pukul delapan. Meskipun hanya segelintir, tentu ada saja ada beberapa murid yang menatapku. Contohnya seperti Marsha dan Amartya.

Amarahku semakin besar seiring cerewetnya Cyclone. Aku menutup mataku sebentar, lalu berseru. "NGGAK TAHU!"

Orang-orang yang ada di dalam kelas sontak melotot ke arahku. Tak menyangka, bahwa aku yang pendiam dan agak pemalu ini bisa berteriak marah ke arah Cyclone yang notabene murid baru.

Cyclone mematung setelah dia mendengar teriakanku yang begitu membahana. Seolah-oleh ... teriakanku bak penghenti waktu yang bisa menyerang orang kapan saja.

"Maaf."

Cyclone langsung pergi keluar kelas. Meninggalkan aku yang menatapnya marah. Baguslah, akhirnya dia pergi.

Lihat selengkapnya