SORE itu Mama pulang dengan membawa ayam goreng. Awalnya aku berencana memakan mie instan jika Mama belum pulang. Namun rupanya aku salah karena Mama pulang cepat. Dia bilang, rapat yang diadakan perusahaannya berlangsung cukup lama dan cukup serius--dari pagi sampai siang. Saking seriusnya, mereka lupa kalau waktu istirahat sudah lewat. Perdebatan terjadi saat itu, tapi tidak ada yang menang dan kalah karena keputusan diambil oleh Direktur Utama. Begitu katanya.
Itu yang setidaknya aku pahami dari keluh kesah Mama. Hal yang bisa aku lakukan saat itu adalah mendengarkan. Aku tidak bisa merespon apa pun karena aku masih belum paham dengan masalah pekerjaan orang dewasa. Masalah pekerjaan mereka cukup kompleks menurutku.
Kurasa lebih baik begitu daripada mengabaikan Mama. Kasihan dia. Baru pulang dari rapat yang panjang.
Oh! Mengenai tanda cakaran di pintu, aku sudah menceritakannya pada Mama kalau ada bekas cakaran besar. Saat aku mengatakan hal demikian, dia langsung mengernyit.
"Nggak ada cakaran besar tuh di pintu."
Aku bingung dengan respon Mama yang kelewat santai. Jelas sekali aku melihatnya saat aku mendengar suara kucing mengeong. Untuk memastikan hal itu, aku pun berlari ke pintu, hendak memeriksa apakah cakaran itu masih ada atau tidak, dan setelah aku melihatnya ...,
Cakaran itu sudah tidak ada.
"Kamu kenapa sih? Kok bengong?" Aku langsung terbangun dari lamunanku begitu mendengar pertanyaan Mama.
"I-iya?"
"Tadi gimana di sekolah?" Mama memulai topik setelah dia menuangkan sambal terasi kemasan ke piringnya. Mama suka sambal terasi.
"Seru, seperti biasa," balasku sambil tersenyum tipis. Ya, itu benar. Sekolah hari ini seru karena aku, Anika, Marsha, dan Amartya bercerita tentang gebetan kami. Aku agak terkejut kalau Amartya sebenarnya memiliki orang yang dia sukai dibalik sikapnya yang dingin. Bahkan Anika sampai antusias mendengar hal itu dan memaksa Amartya untuk menyebut siapa orang yang dia sukai.
Amartya enggan menyebutkannya karena dia ingin tetap merahasiakan orang yang dia suka. Selanjutnya Marsha yang bertanya padaku perihal orang yang aku sukai.
Orang yang aku sukai berinisial G. Dia adalah orang yang sangat populer di sekolah. Most wanted. Tanpa menyebutkan nama dan inisial pun, Marsha pasti tahu siapa dia. Anika melenguh karena ternyata aku tidak menyukai Cyclone. Hal yang kulakukan ketika mendengar pernyataan Anika adalah ... mengendikkan bahu. Sedari dulu, aku memang tidak menyukai Cyclone.
"Bagus deh kalo gitu, eh, hari ini ada PR nggak?" tanya Mama, aku menggeleng. "Nggak ada Ma."
Mama mengangguk, merespon ucapanku. "Tapi kalo ada PR kamu bisa ngerjain sendiri 'kan?" tanya Mama.
Aku diam sebentar, lalu mengangguk ragu. "Mama kayaknya bakal jarang ada di rumah, tapi kalo semisal kamu susah ngerjain PR, cari caranya di internet aja ya."