MATA pelajaran geografi adalah mata pelajaran terakhir di UTS ini.
Aku lega karena akhirnya aku bisa beristirahat sejenak. Aku memiliki tiga opsi untuk itu; tidur, menonton televisi, atau membeli novel baru. Kebetulan sekali aku kehabisan stok bacaan. Dua novel yang aku beli di hari ulang tahun sudah kubaca semuanya. Keduanya memiliki cerita yang menarik. Untuk novel misteri yang kubeli waktu itu memiliki alur yang cukup memusingkan. Namun, aku puas setelah membacanya karena ceritanya mengandung pesan moral yang dapat kumengerti.
Jarang juga aku membaca novel dengan alur serumit itu dan sekaligus pesan moral yang dapat kumengerti dengan mudah.
Aku melihat ke kanan dan kiriku. Teman-temanku masih sibuk berkutat dengan kertas soal dan jawabannya. Tampaknya hanya aku, Amartya, dan Rahman yang sudah mengerjakan semua soal.
Aku tersenyum puas. Lega karena akhirnya bisa mengerjakan semua soal dengan baik. Semalam, Mama sempat khawatir dengan metode belajarku, menghafal. Mama bilang akan lebih baik kalau aku menahami saja daripada menghafal. Menghafal bisa membuatku pusing, begitu katanya.
Namun, aku meyakinkannya bahwa metode belajarku sudah tepat. Aku ini tipikal orang yang harus menghafal dulu, baru setelah itu memahami. Aku menjelaskan hal itu kepada Mama. Mama mengangguk, berusaha mengerti, dan dia berpesan padaku untuk berhenti sejenak kalau lelah, dan aku mengiyakan.
Omong-omong, meskipun aku sudah menyelesaikan semua soal dan mengumpulkannya kepada Bu Guru, aku tidak boleh keluar kelas. Itu adalah peraturan yang diterapkan saat hari pertama UTS. Yang sudah selesai, tetap diam di bangku sampai bel berbunyi, dan inilah yang kulakukan saat ini. Diam bergeming seperti anak baik, dan tampaknya Amartya lebih memilih tidur di bangkunya, meskipun bangkunya dekat sekali dengan meja guru.
Oke, biar kujelaskan sedikit tentang bangku yang kami duduki saat ini. Sebelum UTS, kami semua diberi kartu UTS beserta nomor bangku yang kami duduki. Bangku yang kududuki memiliki nomor urut 221. Di bagian belakang paling sudut kelas. Tak hanya ditentukan oleh nomor urut, pembagian bangku pun ditentukan oleh huruf abjad.
Contohnya jika namamu diawali dengan huruf A, kau kemungkinan akan mendapatkan bangku paling depan, sedangkan jika namamu diawali dengan huruf Z, kau akan mendapatkan bangku dibagian belakang. Begitu sekiranya, dan setelah UTS berakhir, kau bisa duduk di bangku semula dengan teman sebangkumu.
"Kita tunggu sampai bel berbunyi ya. Santai saja, waktunya masih lama kok." Bu Guru mengingatkan.
Semuanya mengiyakan lalu kembali fokus mengerjakan soal kecuali aku, Amartya, dan Rahman. Kulihat Anika dan Shakira selesai mengerjakan soal, dan setelah itu mereka melangkah ke meja guru, hendak mengumpulkan lembar soal dan jawaban.
Karena tidak ada kerjaan, aku pun memutuskan untuk merobek buku tulisku dengan robekan kecil. Aku membagi robekan itu menjadi tiga, setelah aku merobeknya aku pun menulisnya dengan tiga opsi yang akan aku lakukan setelah UTS.
Opsi pertama: tidur
Opsi kedua: menonton televisi
Opsi ketiga: membeli novel baru
Setelah menulis di kertas itu, aku pun meremasnya dan membentuknya menjadi bulatan mini. Setelah itu, aku pun mengumpulkannya ke telapak tanganku lalu mengocoknya.
Iya, ini persis seperti arisan.
Aku pun mengeluarkan salah satu kertas tersebut, lalu membukanya. Hal yang kubaca dari kertas itu adalah, "membeli novel baru".
Oh! Berarti sudah diputuskan! Pulang sekolah nanti aku akan membeli novel baru. Aku sudah membawa semua uang tabunganku untuk berjaga-jaga jikalau aku mendapat opsi semacam ini, dan tepat!
Pulang sekolah nanti aku akan langsung pergi ke toko buku.
-
Bel saat itu langsung berbunyi nyaring setelah semua teman-temanku mengerjakan soal. Bu Guru yang berlalu dahulu dari kelas, kemudian disusul oleh kami semua.
Aku juga sama seperti mereka, tapi aku lebih memilih keluar terakhir karena aku tidak mau bertubrukan dengan mereka.
Aku menghela napas, lalu meregangkan otot-ototku sebentar. Rasa pegal yang ada pada punggung begitu terasa saat aku meregangkannya. Sepertinya aku terlalu lama duduk sampai punggungku terasa pegal begini.
Setelah meregangkan otot-ototku dan kelas sudah sepi, barulah aku berjalan.