AKU diam terpaku saat melihat Mama menatap anak laki-laki berbaju hitam itu.
Matanya sangat tajam, tegas, dan menyeramkan. Mama tidak pernah memperlihatkan tatapan itu kepadaku. Hal yang sering kulihat dari dalam diri Mama adalah dia seorang yang baik hati, cerdas, dan kuat. Namun, ketika aku melihat Mama saat ini, aku merasa dia ... sangat berbeda. Orang yang sangat dekat denganku, yang biasanya hangat mendadak dingin, dan aku ... sangat tidak menyukainya.
"Cyclone, bawa Kakakmu pergi!" Mama langsung memerintah kepada Cyclone tanpa menatapku sedikit pun. Cyclone mengangguk lalu dia langsung terbang dan mengangkatku. Kali ini bukan punggung yang menjadi tempat dudukku, melainkan pundak kanannya.
Lebih tepatnya, dia membopongku dengan sangat tidak elit--tubuh depanku di belakang, sedangkan tubuh belakangku di depan.
Baru beberapa meter kami menjauh, tiba-tiba anak laki-laki berbaju hitam itu mengejar kami lagi. Mataku membesar karena terkejut dan bertanya-tanya dalam hati, kapan anak laki-laki itu akan berhenti mengejar kami?!
Namun ditengah pengejarannya, Mama langsung menyerang anak laki-laki tersebut dari belakang dengan petir birunya. Anak laki-laki itu menyadari serangan kejut Mama dan kemudian menyerang balik. Akibatnya, aku dapat melihat pertarungan antara anak laki-laki itu dengan Mama diantara kabut dan pepohonan rimbun yang saat ini sedang menelan kami berdua.
Aku tidak tahan. Aku baru pertama kali melihat ini, dan aku benci melihat Mama bertarung.
"Mama! Mama!"
Aku berteriak memanggilnya. Meski berteriak pun Mama pasti lebih memilih fokus kepada pertarungannya sendiri dibandingkan putrinya yang saat ini sedang melarikan diri di tengah kebingungan.
"Yuriel, jangan berteriak!" Cyclone mengingatkanku dengan tegas. "Anak itu pasti akan mengejar kita kalau dia mendengar teriakanmu! Lebih buruknya lagi, dia pasti akan mencari bantuan."
"Tapi, bagaimana dengan Mama?!" Aku bertanya kepada Cyclone dengan nada tinggi, antara marah dan bingung kenapa Mama bisa seperti itu, dan khawatir karena aku takut Mama akan mengalami hal yang sangat buruk. Aku bisa membayangkan itu, tapi aku tidak bisa menjelaskannya.
"Dia adalah wanita yang kuat Yuriel, percayalah padanya!" Cyclone membalas dengan terbang sana-sini. Menghindari pepohanan dan ranting yang menghalangi pandangannya.
Aku mengangguk, meski terbesit dibenakku perasaan yang sangat tidak enak. Aku takut, apa yang Cyclone katakan tidak sesuai dengan ekspektasiku.
Beberapa menit kami terbang diantara pepohonan dan hujan yang kian menderas Cyclone akhirnya berhenti di sebuah pohon beringin yang super besar.
Pohon beringin itu memiliki dedaunan yang sangat lebat. Kami selaku orang yang berada di bawahnya merasa kering karena banyaknya dedaunan yang menghalangi percikan air hujan. Selain daripada itu, pohon tersebut juga memiliki banyak lumut dan tanaman merambat. Kalau boleh kuspekulasikan, ini pasti adalah pohon yang sangat tua.
Cyclone menurunkanku. Dia berjongkok, setelah beberapa menit terbang tanpa arah. Kalau kulihat-lihat lagi, wajahnya tampak pucat.
"Biarkan aku istirahat selama lima menit," ucapnya sambil terengah-engah. Aku mengangguk, tapi ada satu hal yang mengganggu pikiranku. "Apa Mama akan baik-baik saja?"
"Yuriel, percayalah pada Mamamu." Cyclone tidak menjawab pertanyaanku. Dia malah mengatakan sebuah pernyataan. "Dia adalah wanita kuat yang mandiri, kamu pasti tahu seberapa kuat dirinya 'kan?" Dan dia malah berbalik tanya kepadaku.
Sekuat apa pun Mama, aku sangat mengkhawatirkannya. Iya. Mama adalah wanita kuat yang mandiri. Setelah Papa tiada, Mama tidak pernah berpikir untuk menikah lagi. Hal yang dia pikirkan adalah bagaimana caranya membahagiakanku, memberiku berbagai macam fasilitas, dan makanan yang enak agar aku bisa kenyang.
Dia terus melakukan itu sampai dia lupa bagaimana caranya memikirkan dirinya sendiri. Oh, dan lagi ... tak lupa dia juga saat ini sedang membuang tenaga untuk melindungiku.
"Oh, astaga."
Aku menatap ke arah Cyclone saat anak itu bersuara. Aku membesarkan mata. Lengan kanan Cyclone mengeluarkan banyak darah. Masuk akal jika Cyclone kelelahan dan wajahnya sangat pucat.