SI ANGIN

Dreamerity
Chapter #14

#Wind 13 - Mama (2)

"YURIEL, bawa adikmu pergi!" Aku langsung berlari dan menarik sebelah lengan Cyclone kemudian menggantungkannya di leherku seraya membantunya berjalan dan berdiri.

Aku terus menjauhi Mama dengan langkah susah payah karena tubuh Cyclone yang berat. Meski dia sekarang sudah lemah pun, aku bisa merasakan kalau Cyclone juga ikut membawa tubuhnya sedikit demi sedikit. Di kondisi yang seperti ini, dia masih bisa berpikir untuk tidak merepotkan orang lain.

Gemeletuk petir terdengar sangat keras di belakangku. Semakin berisik dan jelas sehingga dapat kurasakan hembusan angin kuat yang nyaris membuat aku dan Cyclone oleng.

Aku menoleh sedikit ke belakang.

Dan aku melihat di sana, Mama bertarung dengan sangat sekuat tenaga, sampai-sampai aku bisa melihat bagaimana dia menggertakan giginya, melayangkan serangan sambil mengeluarkan petir, dan juga terbang sana-sini ketika laki-laki berbaju hitam itu hendak mendekati kami.

Aku pun mempercepat langkahku dengan sesekali mengangkat Cyclone dengan sebelah tangan agar anak itu bisa lebih cepat sedikit. Aku paham betul resikonya adalah aku akan mengalami rasa pegal pada bagian lengan dan telapak tangan, tapi lebih baik bergerak lebih cepat daripada menjadi korban petir nyasar.

Sekitar sepuluh menit akhirnya kami memasuki hutan yang baru saja menjadi destinasi pertarungan antara Cyclone dan anak laki-laki itu. Suasana di hutan sekarang jauh lebih hening dengan rintik hujan. Hanya saja, yang paling membedakan adalah suara berisik yang ada di kejauhan sana. Suara pertarungan Mama.

Aku melihat dari arah jam sepuluh ada banyak semak belukar yang diapit oleh pepohonan rindang di kiri-kanan-depan-belakang. Karena pemandangan tersebut, aku pun berinisiatif untuk menyembunyikan diriku dan Cyclone di sana.

Aku pikir, ini akan efektif karena yang kami berdua butuhkan saat ini adalah istirahat. Terlebih, Cyclone sudah terbang sana-sini dan bertarung, sementara aku berteriak, jatuh, kemudian mendapat trauma instan terhadap ketinggian.

Setelah memasuki semak-semak itu, aku pun menidurkan Cyclone di atas rerumputan yang sudah tercampur dengan bebatuan dan akar pohon yang berasal dari sekeliling kami, sementara aku duduk di sebelah Cyclone sambil menatapnya intens.

Cyclone seperti ... orang sekarat sekarang. Dia terengah-engah sambil terus menerus menahan sakit. Aku meringis. Khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi padanya.

Lihat selengkapnya