"TI-TINGGAL di sini?" Aku kelagapan setelah Kakek berkata kalau aku harus tinggal di sini, alasannya sederhana; karena aku adalah cucunya juga.
Kakek berjanggut putih panjang ini merupakan Ayah dari Papaku, dan memutuskan untuk merawat Cyclone setelah Papa tiada. Lalu orang ada di sebelahnya, Top, kalau tidak salah, juga merupakan putra keduanya, adiknya Papa.
Top saat ini juga sedang duduk berhadapan denganku, dan duduk di samping Kakek, hanya saja sekarang tangan kirinya sudah dibidai dan diikat oleh kain putih, pipinya juga sudah ditutupi oleh pembalut luka. Dia sudah ditemukan seperti itu oleh warga setempat, dan orang yang menyerang dirinya--sekaligus orang yang telah menyerang dan membunuh Mama, kabur entah ke mana. Lalu, perihal Mama, katanya dia sudah diamankan dan saat ini sedang diinapkan di rumah duka.
Bangsa Angin punya tradisi membiarkan jenazah dibiarkan tinggal selama tiga hari di rumah duka. Mereka percaya bahwa arwah orang yang baru saja meninggal sering berkeliaran selama beberapa hari, karena itulah tiga hari merupakan waktu yang tepat untuk membiarkan si arwah tetap di sini, menjelajahi dunia orang hidup dan melihat-lihat orang tersayang untuk terakhir kalinya. Alasan mengapa waktunya tiga hari, karena jenazah akan membusuk selama didiamkan, jadi, akan lebih baik setelah didiamkan harus cepat-cepat dikremasi agar bau busuknya tidak terlalu semerbak.
Ah, juga mengenai luka. Luka di kakiku juga sekarang sudah diobati oleh anak laki-laki yang tadi telah menggendongku, dan lengan Cyclone juga sekarang sudah diobati oleh anak laki-laki itu dengan cara yang layak.
Mengenai Cyclone, posisinya saat ini sedang duduk di sampingku dengan antusias--lebih tepatnya setelah dia mendengar keputusan Kakek.
"Apakah itu artinya Kak Yuri akan tidur di kamarku?" tanya Cyclone, dengan antusias, dia bahkan berdiri dari duduknya. Aku agak terkejut karena dia memanggilku 'Kak Yuri'.
"Tidak." Dan Kakek menjawab pertanyaannya dengan pendek, lebih tepatnya menolak.
"Kalau begitu, malam ini Kak Yuri akan tidur bareng aku 'kan?"
"Cyclone, bukan seperti itu konsepnya." Sekarang Top yang menanggapi, dia juga bahkan menghela napas.
"Tentu, karena Yuriel adalah satu-satunya perempuan di keluarga ini, dia akan diberi kamar yang berbeda," jelas Kakek. Cyclone menanggapi, "oh ...."
"Bokku, bisa tolong antarkan Yuriel ke kamarnya?" pinta Top, tiba-tiba. Anak laki-laki yang bernama Bokku--sekaligus yang telah mengendongku dan juga membalut lukaku dan Cyclone--mengangguk.
Dia mengibaskan tangannya, memberiku kode untuk mengikutinya. Aku berdiri, kemudian mengikutinya.