Perkenalkan, namaku B. Kebanyakan orang memanggilku dengan logat Inggris. Jadinya aku dipanggil Bi. Aku dilahirkan oleh Ibuku yang berdarah Betawi asli, sedangkan Ayahku berdarah Jawa-Madura. Dan jadilah aku dari perpaduan yang indah. Sekarang aku berumur delapan belas tahun dan Tuhan menganugerahi aku kelamin perempuan. Sebenarnya aku tak suka jadi perempuan. Terlalu lemah dan banyak drama. Itu pemikiranku dulu. Menjadi perempuan adalah malapetaka bagiku. Harus selalu nurut, harus selalu anggun, harus selalu rajin, harus bisa masak, harus dan keharusan itu membuatku muak. Tapi rasa kesalku juga tak akan mengubah kelaminku, bukan? Jadi aku memutuskan untuk pasrah waktu itu. Saat aku SD, aku tidak suka main masak-masakan. Aku tidak suka main berbie atau mainan apapu yang dimainkan perempuan. Entahlah, aku hanya berpikir bahwa itu terlalu mudah dan kurang menantang. Jadi waktu itu mayoritas temanku adalah laki-laki. Dan aku perempuan sendiri. Tak jadi masalah jika aku disebut cewek jadi-jadian. Yang penting dulu aku senang. Karena menjadi lelaki itu sangat menantang. Aku suka hal yang menantang. Catat itu!
Berlanjut saat aku menginjakkan ke jenjang yang lebih tinggi yakni SMP di daerah Kabupaten Jember, Jawa Timur. Kian lama pandanganku berubah mengenai menjadi perempuan. Aku bertumbuh, dan mulai mengasikkan diri untuk jadi perempuan. Walaupun tak seutuhnya aku bisa bertingkah layaknya perempuan pada umumnya. Tapi pada tingkat ini aku berubah sangat drastis. Aku sudah jarang bermain di sawah ataupun mandi di sungai dengan para teman lelakiku. Apalagi saat aku mengenal sosok pria manis itu. Kebetulan aku satu kelas dengannya selama dua tahun. Dan aku naksir pria manis itu selama tiga tahun aku belajar di SMP. Jika kuingat kembali, rasanya sangat lucu. Bagaimana bisa menyukai seseorang selama itu tanpa membiarkan orang itu tahu. Ahh, aku tak cukup berani mengungkapkan perasaanku pada pria manis waktu itu. Dan saat aku tahu kenyataannya, bahwa aku bukanlah tipenya. Pria manis itu berpacaran dengan gadis putih, iya kulitnya putih dan bersih. Seperti itu kiranya tipenya. Sedangkan aku, hitam dan tak terurus. Sudahlah, tunggu saja nanti jika aku sudah putih. Tipeku bukan dirimu lagi pria manis!
Lalu aku duduk di bangku SMK. Ya, aku memilih sekolah kejuruan karena sangat pusing jika dihadapkan dengan IPA dan IPS. Semua keluargaku pindah di Jakarta sampai sekarang. Aku siswa SMK swasta di Jakarta, mengambil jurusan multimedia karena cita-citaku adalah menjadi seorang sutradara. Ya, walaupun jurusan itu masih belum cukup untuk menjadikanku sutradara handal.
Semakin dewasa pemikiranku soal perempuan juga berkembang. Aku mulai tahu banyak hal tentang perempuan. Semua asumsiku saat menjadi bocah ingusan itu hanyalah omong kosong. Aku salah, ternyata menjadi perempuan tak serendah yang dulu pernah aku pikirkan. Maaf Tuhan, dulu aku pernah kesal karena engkau telah memberiku kelamin perempuan. Sekarang aku sadar bila menjadi perempuan itu sangat spesial. Sekarang aku mengerti bahwa perempuan bisa memilih jalan dan keputusannya sendiri. Sekali lagi, Maaf Tuhan. Aku bangga jadi perempuan. Aku akan menjadi versi perempuan terbaikku sendiri. Di kehidupanku sendiri.
Mari ikut aku berkelana mencari tahu makna. Mecari tahu rahasia-rahasia dibalik kehidupan. Mencari tahu sesuatu yang tak boleh diberi tahu. Mari mencari bersama! Ingat namaku ya, B. Kamu sedang berjalam bersama B sekarang.
**&**